Menelaah Isi Dari Ramalan-Ramalan Jayabaya Tentang Indonesia Kedepannya (Noto Negoro dan 7 Satrio Piningit)
Di Indonesia pada zaman dahulu pernah berdiri beberapa kerajaan besar yang disegani kerajaan-kerajaan tentangga.
Dari beberapa kerajaan tersebut, setelah hancur, masih tetap meninggalkan beberapa hal, yaitu prasasti, candi-candi, ataupun sisa-sisa bangunan kerajaan lainnya.
Namun penginggalan yang menarik bagi sebagian orang adalah ramalan kerajaan-kerajaan tersebut tentang pemimpin indonesia kedepan dan bagaimana Indonesia kedepannya.
Pada tulisan kali ini saya ingin membagi pengetahuan yang pernah saya baca dan dengar tentang ramalan-ramalan yang datang dari dua kerajaan besar yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri
Pada saat Kerajaan Majapahit hancur, dan Raja Brawijaya masuk Islam, Sabda Palon Nayo Genggong yang memegang teguh ajaran Budi nya tidak terima dengan hal itu (Kehancuran Mahapahit dan Raja Brawijaya memeluk Islam), kemudian Sabda Palon Nayo Genggong bersabda akan kembali 500 Tahun lagi untuk menegakkan ajaran Siwa-Budha (Ajaran Budi) di bumi nusantara.
Siapa sebenarnya Sabda Palon Nayo Genggong dan bagaimana ramalannya setelah 500 tahun lagi? Kalian bisa baca tulisan saya tentang "Menguak Jati Diri Sabda Palon Nayo Genggong Serta Kebangkitan Ajaran Siwa-Budha (Budi) Di Bumi Nusantara"
Tidak hanya di Kerajaan Majapahit yang meninggalkan beberapa ramalan tentang Indonesia kedepannya, Kerajaan Kediripun demikian.
Seorang raja yang bernama Prabu Jayabaya yang memerintah Kerajaan Kediri sekitar tahun 1135 - 1157. Prabu Jayabaya merupakan salah satu keturunan dari Prabu Airlangga, penguasa tertinggi Kerajaan Kahuripan.
Beberapa ramalan Raja Jayabaya yang terkenal bahwa banyak orang-orang meng-kaitkannya dengan kejadian setelahnya, apa saja itu?
Beberapa ramalan yang dianggap paling sakti antara lain Murcaning Noyogenggong Sabda Palon, Semut Ireng Anak-Anak Sapi, Kebo Nyabrang Kali, Kajajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol, Pitik Tarung Sakandang, Kodok Ijo Ongkang-Ongkang, Tikus Pithi Anoto Baris dan Reinkarnasi Noyogenggong Sabda Palon.
Selain ramalan-ramalan diatas, ada juga sebuah ramalah yang memprediksi pemimimpim Indonesia di masa depan. Dalam ramalan Prabu Jaya Baya, Indonesia akan di pimpin oleh orang yang memiliki nama akhir NO-TO-NE-GO-RO dan 7 Satrio Piningit.
Simak penjelasannya berikut ini satu-persatu :
Sejarawan sekaligus pemerhati budaya dari Universitas Sebelah Maret, Surakarta, Heri Priyatmoko mengatakan, Sabda Palon Noyogenggong ini adalah semacam tokoh semar dalam lakon Mahabharata versi Jawa. Dalam Mahabharata versi India tokoh semar tidak di kenal.
Nayogenggong adalah simbol penasehat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. Punokawan dalam pewayangan jawa bertugas sebagai penasehat, mengkritisi atau memberikan pertimbangan ketika juragan/rajanya melakukan kesalahan.
Dalam versi modern, Nayogenggong bisa diartikan atau di ibaratkan para mentri kabinet sebagai penasehat dan pembantu presiden
Peristiwa terjadi Sabda Palon Nayogenggong ini adalah pada masa kerajaan Majapahit (1293 - 1500 M), Dimana Sabda Palon Nayogenggong menghilang tapi akan kembali 500 tahun lagi untuk menegakan ajaran Siwa-Budha (Ajarin Budi).
Jika ditelaah, Ramalan Jayabaya tentang sabda palon lebih dulu ada/ditulis karna ditulis pada masa Kerajaan Kediri (1042 - 1222)
Ramalan Prabu Jayabaya yang satu ini dihubung-hubungkan dengan kedatangan bangsa Eropa, yaitu Bangsa Portugis dan Belanda yang menjajah Indonesia. Orang Eropa berkulit putih terkenal rajin dan ulet bekerja seperti semut hitam (Ireng) dan mereka juga selalu minum susu sapi sejak bayi.
Pada tahun 1239 terjadi persaingan teknologi maritim antara Kerajaan Majapahit dan negara-negara di benua Eropa. Saat itu bangsa-bangsa Eropa melakukan modernisasi kapal-kapal laut mereka antara lain dengan bantuan Marcopolo dan Christophorus Colombus, dua penjelajah samudera asal Italia.
Majapahit juga tidak mau kalah, dibawah mahapatih Gadjah Mada, majapahit memiliki angkatan laut tangguh yang di pimpin oleh Empu Nala. Majapatih dan negara-negara di Eropa seperti berlomba-lomba membangun kekuatan maritim.
Namun perpecahan yang terjadi pasca lengsernya Raja Hayam Wuruk membuat bangsa-bangsa Eropa bisa dengan mudah masuk dan menguasai Nusantara. Majapahit tak mampu menghadapi bangsa kulit putih yang datang menjajah.
Masyarakat sering menghubungkan ramalan Joyoboyo tentang 'Kebo Nyabrang Kali' dengan peristiswa mengungsinya pemerintahan kerajaan Belanda ke Inggris. Saat mengungsi mereka menyeberangi Selat Channel. Ini bermula ketika Eropa terjadi krisis ekonomi pada tahun 1292.
Tahun 1933 Adolf Hitler yang memimpin Nazi menggerakkan Jerman untuk membangun kekuatan militer besar-besaran. Lima tahun kemudian kekuatan Nazi memang menjadi yang terkuat di Eropa. Jerman pun berhasil menaklukkan Prancis, Belanda dan Belgia. Tak kuat berada dalam bayang-bayang pasukan Hitler, pemerintahan kerajaan Belanda pun mengungsi ke Inggris, menyeberangi Selat Channel.
Di versi lain, 'Kebo Nyabrang Kali' diartikan sebagai dibawanya kekayaan Nusantara oleh bangsa asing ke luar negeri.
Ada juga ramalan yang selama ini juga dipercaya milik Joyoboyo yang berbunyi, "Si kate cebol seumur jagung panguwasane (si pendek kate hanya akan berkuasa seumur jagung)" versi lain menyebut 'Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol'.
Ramalan ini diartikan bahwa bangsa Jepang hanya akan menjajah Indonesia seumur jagung, tak akan lama. Seperti diketahui, pasukan Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Tentara dari Negeri Sakura itu terusir dari Indonesia 3,5 tahun kemudian tepatnya pada Agustus 1945.
Lalu kenapa dibilang Saumur Jagung? Umur jagung yang cocok untuk dipanen adalah sekitar 3,5 bulan. Jadi hal tersebut dikaitkan dengan kejadian di Indonesia yaitu penjajahan jepatng yang terjadi 3,5 tahun. Bukannya
Bukannya 3,5 bulan dan 3,5 tahun itu berbeda? Ya betul, berbeda, tetapi dari keduanya itu sama-sama merujuk pada waktu yang relatif singkat bagi kehidupan umat manusia.
Namun ramalan Joyoboyo soal ini diragukan keasliannya. Joyoboyo hidup di tahun 1130 sampai 1157, sementara tanaman jagung baru dikenal pada sekitar tahun 1400-an.
Ramalan dihubungkan dengan terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Tujuh jenderal tentara angkatan darat dibunuh oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Dewan Jenderal.
Setelah peristiwa pembunuhan atas tujuh jenderal itu, berturut kemudian terjadi ‘pembantaian’ terhadap masyarakat yang diduga terlibat dalam organisasi terlarang. Mereka dibunuh dan dihukum tanpa vonis pengadilan.
Menurut Heri Priyatmoko, ramalan itu sebenarnya adalah isyarat dari para pujangga waktu itu agar masyarakat mewaspadai akan adanya ancaman disintegrasi atau perpecahan bangsa.
Peristiwa disintegrasi hingga saat ini masih kerap terjadi. Meski dalam skala kecil. "Sekarang ini misalnya masih sering terjadi perkelahian antar organisasi masyarakat," kata Heri.
Disintegrasi inilah yang sering dikait-kaitkan dengan ramalan Joyoboyo, 'Pitik Tarung Sak Kandang'.
Ramalan Joyoboyo tentang 'Kodok Ijo Ongkang-ongkang' sering dihubungkan dengan kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Saat itu Soeharto menggunakan Angkatan Bersenjata RI yang kebetulan menggunakan seragam berwarna hijau untuk melanggengkan kekuasaannya.
Pada masa Orde baru di bawah kekuasaan Presiden Soeharto memang militer gampang kita temui disepanjang jalan atau tempat-tempat penting lainnya.
Mereka selalu berlalu lalang seakan daerah tersebut rawan perang. Bahkan ada yang bilang protes keras terhadap pemerintah maka akan jemput oleh tentara, ada yang pulang lagi dan ada yang tidak pulang lagi.
Heri Priyatmoko mengatakan, tikus pithi adalah simbol dari rakyat jelata yang memiliki angan-angan dan cita-cita untuk meraih mimpi. Namun mimpi itu tak pernah terwujud karena ulah para elite penguasa yang korup dan bertindak semaunya sendiri.
Akibatnya rakyat kecil ini kemudian bersatu mencari jalan untuk menentukan hidupnya sendiri. "Tikus pithi itu ibarat rakyat kecil yang selalu mempunyai harapan untuk meraih mimpi namun terhalang oleh perilaku korup dari elite politik. Maka kemudian mereka bersatu mencari jalannya sendiri untuk menggapai mimpi," kata Heri.
Noyogenggong dan Sabdo Palon ini adalah semacam tokoh Semar dalam lakon Mahabharata versi Jawa. Dalam versi Mahabharata India sosok Semar tak dikenal.
Noyogenggong, adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. Sebelum pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 banyak yang mengharapkan bahwa Joko Widodo maupun Prabowo Subianto adalah Ratu Adil seperti yang diramalkan oleh Joyoboyo.
Noyogenggong adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punakawan. "Noyogenggong dan Sabdo Palon berperan menasihati, mengkritisi dan menyentil juragannnya ketika melenceng. Ketika Ratu Adil mleto dan melenceng, muncullah Noyogenggong dan Sabdo Palon," kata sejarawan dan pengamat budaya dari Universitas Sebelas Maret, Heri Priyatmoko.
Ramalan jayabaya yang lainnya dapat dibaca pada Ringkasan berbagai pertanda kemunculan Sabda Palon dan Ramalan Jayabaya
Dalam ramalan Prabu Jayabaya yang paling terkenal adalah tentang pemimpin Indonesia dimasa mendatang. Ramalan terkenal itu adalah NOTONEGORO. NOTO artinya tata/menata sedangkan NEGORO artinya negara.
Jadi yang akan memimpin Indonesia dimasa mendatang adalah mereka-mereka yang bisa menata negara dengan baik menuju ke sejateraan masyarakat.
Dari mana kita tau mereka-mereka yang memiliki akhi tata negara? Menurut ramalan Prabu Jayabaya, mereka itu adalah yang memiliki nama akhiran NO-TO-NE-GO-TO. Ramalan NOTONEGORO juga berhubungan terhadap kemunculan 7 Satrio Piningit yang akan memimpin Indonesia.
"Terdapat tujuh satrio piningit, yaitu Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Banyak kalangan mencoba menafsirkan ketujuh satrio piningit dengan berbagai versi,” ujar Aziz Hidayatullah, budayawan Jawa, Kamis, 11 Juni 2015.
Ketujuh Satrio Piningit tersebut adalah :
Satrio Kinunjoro Murwokuncoro berarti tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
Mengacu pada ramalan NO-TO-NE(NO)-GO-RO : Soekarno memiliki akhirnya nama NO. Sehingga sesuai dengan ramalan NOTONEGORO
Mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Nama Soekarno juga masuk didalamnya, yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar. Ini menggambarkan tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa dan ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan atau kesalahan (Kesandung Kesampar).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
Mengacu pada ramalan NO-TO-NE(NO)-GO-RO : Soeharto memiliki akhiran nama TO. Sehingga sesuai dengan ramalan NOTONEGORO.
Mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Nama Soeharto juga masuk didalamnya, yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Satrio Jinumput Sumela Atur. Ini merupakan tokoh pemimpin yang diangkat atau terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
Jika kita mengacu ramalan Notonegoro yang dibuat dalam vocal/aksara alsi jawa, saya berikan 2 versi tafsiran disini :
Versi 1 :
Lihat gambar dibawah ini :
Pada gambar diatas adalah aksara jawa, jika kita lihat tulisannya, memang menggunakan akhira huruf "A" semua, tapi lafal jawa selalu menggunakan huruf "O", jadi semua akhiran aksara tersebut dibaca menggunakan huruf vocal "O" menjadi begini : HO, NO, CO, RO KO, DO, TO, SO, WO, LO, PO, DHO, JO, YO, NYO, MO, GO, BO, THO, NGO.
maka akhiran NE bukannya dari Jawa, melainkan luar jawa. Kita tahu bahwa Presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare Sulawesi Selatan. Maka hal ini sesuai dengan ramalan NOTONEGORO
Versi II :
Habibie adalah bahasa Arab, sedangkan bahasa Jawanya adalah "TRESNO", Jadi masuk juga dalam ramalan yaitu NO-TO-NE (NO)-GO-RO.
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "TRESNO" adalah N, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Satrio Lelono Tapa Ngrame. Tokoh pemimpin yang suka mengembara atau keliling dunia (Lelono), akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan religius yang cukup atau rohaniawan (tapa ngrame).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
Mengacu ramalan NOTONEGORO, saya bisa katakan juga memilik 2 versi tafsiran, antara lain :
Versi I :
Jika mengacu pada sisa kata yaitu GORO (Ribut-ribut), ini sesuai dengan keadaan pada waktu tersebut, Gusdur di lengserkan oleh MPR pada sidang istimewanya, sehingga yang naik menggantikan Gusdur adalah Megawati.
Maka dalam ramalan, Gusdur masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi II :
Sama seperti Habibie, kata "Wahid" juga adalah bahasa Arab, kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Wahid adalah "Tunggal". Jadi benar akhiran nama nya adalah Tunggal (Gal atau Go).
Maka dalam ramalan, Gusdur masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "Tunggal/GAL/GO" adalah G, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Satrio Piningit Hamong Tuwuh. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004. (Megawati adalah Putri dari presiden pertama Indonesia, Soekarno)
Mengacu ramalan NOTONEGORO, saya bisa katakan juga memilik 2 versi tafsiran, antara lain :
Versi I :
Jika mengacu pada sisa kata yaitu GORO (Ribut-ribut), ini sesuai dengan keadaan pada waktu tersebut, Gusdur di lengserkan oleh MPR pada sidang istimewanya, sehingga yang naik menggantikan Gusdur adalah Megawati. Untuk itulah Megawati juga termasuk dalam kata GORO.
Maka dalam ramalan, Megawati Sukarno Putri masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi II :
Nama Megawati Sukarno Putri memiliki akhiran RI pada kata PUTRI, Dalam lafal jawa RI dibaca RO. Untuk itu, megawati masuk dalam ramalan NOTONEGORO
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "PUTRI" adalah R, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (boyong/dari menteri menjadi presiden) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak.
Mengacu pada NO-TO-NO(NE)-GO-RO : Susilo Bambang Yudhoyono memiliki akhir NO, sehingga sesuai dengan ramalan NOTOGORO (Berputar ulang)
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "Susilo Bambang Yudhoyono" adalah N, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Satrio Penandito Sinisihan Wahyu digambarkan sebagai pemimpin yang bertakwa dan benar-benar taat pada hukum.
Menurut peramal tibet yaitu Suhu Bingo (70) jika ramalan 7 Satrio Piningit tersebut digabungkan dengan ramalan Semar memang cocok. Satrio Pinandito (SP) sama halnya dengan sosok Semar Punakawan (SP) yang pintar dan berwibawa serta berilmu.
Ramalan Semar, yang muncul pada saat runtuhnya maja pahit dan menjadi penasehat Majapahit yaitu sosok seperti Sabdo Palon (SP) yang nantinya akan muncul lagi di era Satrio Pinandito.
Lantas, siapa yang akan menjadi Satrio Pinandito? "Dia lahir dari Jawa dan biasanya akrab dipanggil dengan sebutan orang Jawa. Entah itu Ki, Kanjeng, Cak, atau Le atau siapa saja. Yang jelas, sesuai ramalan dia lahir dari Jawa dan sekali lagi saya katakan akrab dipanggil dengan nama orang Jawa" ujar Suhu Bingo.
Kita tahu bahwa pemenang pilpres 2014 kemarin adalah presiden kita saat ini Joko Widodo. Jika dilihat-lihat tidak ada nama yang sesuai dengan ramalan NOTONEGORO.
Disini saya akan memberikan beberapa versi (lagi) :
Versi 1 :
Kita bisa katakan dia itu masuk dalam ramalan NOTONEGORO jika sang presiden sudah menyelesaikan masa jabatannya selama 5 tahun. Jika aturannya seperti itu, berarti presiden yang sah sesuai dengan NO-TO-NE(NO)-GO-RO baru hanya 3 presiden saya yaitu Soekarno, Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono.
BJ Habibie, Gusdur dan Megawati tidak termasuk karena mereka belum menyelesaikan atau tidak menjabat 5 tahun.
Referensi :
terselubung.id, kompasiana.com, solo.tribunnews.com, detik.com, nasional.news.viva.co.id, Beberapa sumber lisan dari tetua-tetua di Jawa yang pernah saya tanya-tanya.
Dari beberapa kerajaan tersebut, setelah hancur, masih tetap meninggalkan beberapa hal, yaitu prasasti, candi-candi, ataupun sisa-sisa bangunan kerajaan lainnya.
Namun penginggalan yang menarik bagi sebagian orang adalah ramalan kerajaan-kerajaan tersebut tentang pemimpin indonesia kedepan dan bagaimana Indonesia kedepannya.
Pada tulisan kali ini saya ingin membagi pengetahuan yang pernah saya baca dan dengar tentang ramalan-ramalan yang datang dari dua kerajaan besar yaitu Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Kediri
Kerajaan Majapahit
Pada saat Kerajaan Majapahit hancur, dan Raja Brawijaya masuk Islam, Sabda Palon Nayo Genggong yang memegang teguh ajaran Budi nya tidak terima dengan hal itu (Kehancuran Mahapahit dan Raja Brawijaya memeluk Islam), kemudian Sabda Palon Nayo Genggong bersabda akan kembali 500 Tahun lagi untuk menegakkan ajaran Siwa-Budha (Ajaran Budi) di bumi nusantara.
Siapa sebenarnya Sabda Palon Nayo Genggong dan bagaimana ramalannya setelah 500 tahun lagi? Kalian bisa baca tulisan saya tentang "Menguak Jati Diri Sabda Palon Nayo Genggong Serta Kebangkitan Ajaran Siwa-Budha (Budi) Di Bumi Nusantara"
Kerajaan Kediri
Tidak hanya di Kerajaan Majapahit yang meninggalkan beberapa ramalan tentang Indonesia kedepannya, Kerajaan Kediripun demikian.
Seorang raja yang bernama Prabu Jayabaya yang memerintah Kerajaan Kediri sekitar tahun 1135 - 1157. Prabu Jayabaya merupakan salah satu keturunan dari Prabu Airlangga, penguasa tertinggi Kerajaan Kahuripan.
Beberapa ramalan Raja Jayabaya yang terkenal bahwa banyak orang-orang meng-kaitkannya dengan kejadian setelahnya, apa saja itu?
Beberapa ramalan yang dianggap paling sakti antara lain Murcaning Noyogenggong Sabda Palon, Semut Ireng Anak-Anak Sapi, Kebo Nyabrang Kali, Kajajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol, Pitik Tarung Sakandang, Kodok Ijo Ongkang-Ongkang, Tikus Pithi Anoto Baris dan Reinkarnasi Noyogenggong Sabda Palon.
Selain ramalan-ramalan diatas, ada juga sebuah ramalah yang memprediksi pemimimpim Indonesia di masa depan. Dalam ramalan Prabu Jaya Baya, Indonesia akan di pimpin oleh orang yang memiliki nama akhir NO-TO-NE-GO-RO dan 7 Satrio Piningit.
Simak penjelasannya berikut ini satu-persatu :
1. Murcaning Noyo Genggong Sabda Palon
Sejarawan sekaligus pemerhati budaya dari Universitas Sebelah Maret, Surakarta, Heri Priyatmoko mengatakan, Sabda Palon Noyogenggong ini adalah semacam tokoh semar dalam lakon Mahabharata versi Jawa. Dalam Mahabharata versi India tokoh semar tidak di kenal.
Nayogenggong adalah simbol penasehat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. Punokawan dalam pewayangan jawa bertugas sebagai penasehat, mengkritisi atau memberikan pertimbangan ketika juragan/rajanya melakukan kesalahan.
Dalam versi modern, Nayogenggong bisa diartikan atau di ibaratkan para mentri kabinet sebagai penasehat dan pembantu presiden
Peristiwa terjadi Sabda Palon Nayogenggong ini adalah pada masa kerajaan Majapahit (1293 - 1500 M), Dimana Sabda Palon Nayogenggong menghilang tapi akan kembali 500 tahun lagi untuk menegakan ajaran Siwa-Budha (Ajarin Budi).
Jika ditelaah, Ramalan Jayabaya tentang sabda palon lebih dulu ada/ditulis karna ditulis pada masa Kerajaan Kediri (1042 - 1222)
2. Semut Ireng Anak-Anak Sapi
Ramalan Prabu Jayabaya yang satu ini dihubung-hubungkan dengan kedatangan bangsa Eropa, yaitu Bangsa Portugis dan Belanda yang menjajah Indonesia. Orang Eropa berkulit putih terkenal rajin dan ulet bekerja seperti semut hitam (Ireng) dan mereka juga selalu minum susu sapi sejak bayi.
Pada tahun 1239 terjadi persaingan teknologi maritim antara Kerajaan Majapahit dan negara-negara di benua Eropa. Saat itu bangsa-bangsa Eropa melakukan modernisasi kapal-kapal laut mereka antara lain dengan bantuan Marcopolo dan Christophorus Colombus, dua penjelajah samudera asal Italia.
Majapahit juga tidak mau kalah, dibawah mahapatih Gadjah Mada, majapahit memiliki angkatan laut tangguh yang di pimpin oleh Empu Nala. Majapatih dan negara-negara di Eropa seperti berlomba-lomba membangun kekuatan maritim.
Namun perpecahan yang terjadi pasca lengsernya Raja Hayam Wuruk membuat bangsa-bangsa Eropa bisa dengan mudah masuk dan menguasai Nusantara. Majapahit tak mampu menghadapi bangsa kulit putih yang datang menjajah.
3. Kebo Nyabrang Kali
Masyarakat sering menghubungkan ramalan Joyoboyo tentang 'Kebo Nyabrang Kali' dengan peristiswa mengungsinya pemerintahan kerajaan Belanda ke Inggris. Saat mengungsi mereka menyeberangi Selat Channel. Ini bermula ketika Eropa terjadi krisis ekonomi pada tahun 1292.
Tahun 1933 Adolf Hitler yang memimpin Nazi menggerakkan Jerman untuk membangun kekuatan militer besar-besaran. Lima tahun kemudian kekuatan Nazi memang menjadi yang terkuat di Eropa. Jerman pun berhasil menaklukkan Prancis, Belanda dan Belgia. Tak kuat berada dalam bayang-bayang pasukan Hitler, pemerintahan kerajaan Belanda pun mengungsi ke Inggris, menyeberangi Selat Channel.
Di versi lain, 'Kebo Nyabrang Kali' diartikan sebagai dibawanya kekayaan Nusantara oleh bangsa asing ke luar negeri.
4. Kajajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol
Ada juga ramalan yang selama ini juga dipercaya milik Joyoboyo yang berbunyi, "Si kate cebol seumur jagung panguwasane (si pendek kate hanya akan berkuasa seumur jagung)" versi lain menyebut 'Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol'.
Ramalan ini diartikan bahwa bangsa Jepang hanya akan menjajah Indonesia seumur jagung, tak akan lama. Seperti diketahui, pasukan Jepang mendarat di Indonesia pada 8 Maret 1942. Tentara dari Negeri Sakura itu terusir dari Indonesia 3,5 tahun kemudian tepatnya pada Agustus 1945.
Lalu kenapa dibilang Saumur Jagung? Umur jagung yang cocok untuk dipanen adalah sekitar 3,5 bulan. Jadi hal tersebut dikaitkan dengan kejadian di Indonesia yaitu penjajahan jepatng yang terjadi 3,5 tahun. Bukannya
Bukannya 3,5 bulan dan 3,5 tahun itu berbeda? Ya betul, berbeda, tetapi dari keduanya itu sama-sama merujuk pada waktu yang relatif singkat bagi kehidupan umat manusia.
Namun ramalan Joyoboyo soal ini diragukan keasliannya. Joyoboyo hidup di tahun 1130 sampai 1157, sementara tanaman jagung baru dikenal pada sekitar tahun 1400-an.
5. Pitik Tarung Sakandang
Ramalan dihubungkan dengan terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 (G 30 S). Tujuh jenderal tentara angkatan darat dibunuh oleh sekelompok orang yang mengatasnamakan Dewan Jenderal.
Setelah peristiwa pembunuhan atas tujuh jenderal itu, berturut kemudian terjadi ‘pembantaian’ terhadap masyarakat yang diduga terlibat dalam organisasi terlarang. Mereka dibunuh dan dihukum tanpa vonis pengadilan.
Menurut Heri Priyatmoko, ramalan itu sebenarnya adalah isyarat dari para pujangga waktu itu agar masyarakat mewaspadai akan adanya ancaman disintegrasi atau perpecahan bangsa.
Peristiwa disintegrasi hingga saat ini masih kerap terjadi. Meski dalam skala kecil. "Sekarang ini misalnya masih sering terjadi perkelahian antar organisasi masyarakat," kata Heri.
Disintegrasi inilah yang sering dikait-kaitkan dengan ramalan Joyoboyo, 'Pitik Tarung Sak Kandang'.
6. Kodok Ijo Ongkang-Ongkang
Ramalan Joyoboyo tentang 'Kodok Ijo Ongkang-ongkang' sering dihubungkan dengan kekuasaan Orde Baru di bawah Presiden Soeharto. Saat itu Soeharto menggunakan Angkatan Bersenjata RI yang kebetulan menggunakan seragam berwarna hijau untuk melanggengkan kekuasaannya.
Pada masa Orde baru di bawah kekuasaan Presiden Soeharto memang militer gampang kita temui disepanjang jalan atau tempat-tempat penting lainnya.
Mereka selalu berlalu lalang seakan daerah tersebut rawan perang. Bahkan ada yang bilang protes keras terhadap pemerintah maka akan jemput oleh tentara, ada yang pulang lagi dan ada yang tidak pulang lagi.
7. Tikus Pithi Anoto Baris
Heri Priyatmoko mengatakan, tikus pithi adalah simbol dari rakyat jelata yang memiliki angan-angan dan cita-cita untuk meraih mimpi. Namun mimpi itu tak pernah terwujud karena ulah para elite penguasa yang korup dan bertindak semaunya sendiri.
Akibatnya rakyat kecil ini kemudian bersatu mencari jalan untuk menentukan hidupnya sendiri. "Tikus pithi itu ibarat rakyat kecil yang selalu mempunyai harapan untuk meraih mimpi namun terhalang oleh perilaku korup dari elite politik. Maka kemudian mereka bersatu mencari jalannya sendiri untuk menggapai mimpi," kata Heri.
8. Reinkarnasi Noyo Genggong dan Sabdo Palon
Noyogenggong dan Sabdo Palon ini adalah semacam tokoh Semar dalam lakon Mahabharata versi Jawa. Dalam versi Mahabharata India sosok Semar tak dikenal.
Noyogenggong, adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punokawan. Sebelum pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 banyak yang mengharapkan bahwa Joko Widodo maupun Prabowo Subianto adalah Ratu Adil seperti yang diramalkan oleh Joyoboyo.
Noyogenggong adalah simbol penasihat alias pendamping seorang raja yang dalam kisah pewayangan dikenal dengan Punakawan. "Noyogenggong dan Sabdo Palon berperan menasihati, mengkritisi dan menyentil juragannnya ketika melenceng. Ketika Ratu Adil mleto dan melenceng, muncullah Noyogenggong dan Sabdo Palon," kata sejarawan dan pengamat budaya dari Universitas Sebelas Maret, Heri Priyatmoko.
Ramalan jayabaya yang lainnya dapat dibaca pada Ringkasan berbagai pertanda kemunculan Sabda Palon dan Ramalan Jayabaya
Ramalan Jayabaya Tentang Pemimpin Indonesia Dimasa Mendatang
Dalam ramalan Prabu Jayabaya yang paling terkenal adalah tentang pemimpin Indonesia dimasa mendatang. Ramalan terkenal itu adalah NOTONEGORO. NOTO artinya tata/menata sedangkan NEGORO artinya negara.
Beberapa tetua jawa yang pernah saya temui dulu waktu masih kuliah di Jawa mengatakan NO-TO-NE(NO)-GO-RO ada lanjutannya yaitu NU-JU-MUL-YO sehingga menjadi NO-TO-NE(NO)-GO-RO-NU-JU-MUL-YO (Noto Negoro Nuju Mulyo)Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kalau aksara jawa hanya berisi aksara mati atau "konsonan". Jadi memang sudah benar apa yg dikatakan oleh ronngowarsito, urutannya adalah sebagai berikut :
N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Jadi yang akan memimpin Indonesia dimasa mendatang adalah mereka-mereka yang bisa menata negara dengan baik menuju ke sejateraan masyarakat.
Dari mana kita tau mereka-mereka yang memiliki akhi tata negara? Menurut ramalan Prabu Jayabaya, mereka itu adalah yang memiliki nama akhiran NO-TO-NE-GO-TO. Ramalan NOTONEGORO juga berhubungan terhadap kemunculan 7 Satrio Piningit yang akan memimpin Indonesia.
"Terdapat tujuh satrio piningit, yaitu Satrio Kinunjoro Murwo Kuncoro, Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar, Satrio Jinumput Sumelo Atur, Satrio Lelono Topo Ngrame, Satrio Piningit Hamong Tuwuh, Satrio Boyong Pambukaning Gapuro, Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu. Banyak kalangan mencoba menafsirkan ketujuh satrio piningit dengan berbagai versi,” ujar Aziz Hidayatullah, budayawan Jawa, Kamis, 11 Juni 2015.
Ketujuh Satrio Piningit tersebut adalah :
1. Satrio Kinunjoro Murwokuncoro
Satrio Kinunjoro Murwokuncoro berarti tokoh pemimpin yang akrab dengan penjara (Kinunjoro), yang akan membebaskan bangsa ini dari belenggu keterpenjaraan dan akan kemudian menjadi tokoh pemimpin yang sangat tersohor diseluruh jagad (Murwo Kuncoro).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soekarno, Proklamator dan Presiden pertama Republik Indonesia yang juga Pemimpin Besar Revolusi dan pemimpin Rezim Orde Lama. Berkuasa tahun 1945-1967.
Mengacu pada ramalan NO-TO-NE(NO)-GO-RO : Soekarno memiliki akhirnya nama NO. Sehingga sesuai dengan ramalan NOTONEGORO
Mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Nama Soekarno juga masuk didalamnya, yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
2. Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar
Satrio Mukti Wibowo Kesandung Kesampar. Ini menggambarkan tokoh pemimpin yang berharta dunia (Mukti) juga berwibawa dan ditakuti (Wibowo), namun akan mengalami suatu keadaan selalu dipersalahkan, serba buruk dan juga selalu dikaitkan dengan segala keburukan atau kesalahan (Kesandung Kesampar).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Soeharto, Presiden Kedua Republik Indonesia dan pemimpin Rezim Orde Baru yang ditakuti. Berkuasa tahun 1967-1998.
Mengacu pada ramalan NO-TO-NE(NO)-GO-RO : Soeharto memiliki akhiran nama TO. Sehingga sesuai dengan ramalan NOTONEGORO.
Mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Nama Soeharto juga masuk didalamnya, yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
3. Satrio Jinumput Sumela Atur
Satrio Jinumput Sumela Atur. Ini merupakan tokoh pemimpin yang diangkat atau terpungut (Jinumput) akan tetapi hanya dalam masa jeda atau transisi atau sekedar menyelingi saja (Sumela Atur). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai BJ Habibie, Presiden Ketiga Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1998-1999.
Jika kita mengacu ramalan Notonegoro yang dibuat dalam vocal/aksara alsi jawa, saya berikan 2 versi tafsiran disini :
Versi 1 :
Lihat gambar dibawah ini :
Pada gambar diatas adalah aksara jawa, jika kita lihat tulisannya, memang menggunakan akhira huruf "A" semua, tapi lafal jawa selalu menggunakan huruf "O", jadi semua akhiran aksara tersebut dibaca menggunakan huruf vocal "O" menjadi begini : HO, NO, CO, RO KO, DO, TO, SO, WO, LO, PO, DHO, JO, YO, NYO, MO, GO, BO, THO, NGO.
maka akhiran NE bukannya dari Jawa, melainkan luar jawa. Kita tahu bahwa Presiden ke-3 Indonesia Bacharuddin Jusuf Habibie lahir di Pare-Pare Sulawesi Selatan. Maka hal ini sesuai dengan ramalan NOTONEGORO
Versi II :
Habibie adalah bahasa Arab, sedangkan bahasa Jawanya adalah "TRESNO", Jadi masuk juga dalam ramalan yaitu NO-TO-NE (NO)-GO-RO.
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "TRESNO" adalah N, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
4. Satrio Lelono Tapa Ngrame
Satrio Lelono Tapa Ngrame. Tokoh pemimpin yang suka mengembara atau keliling dunia (Lelono), akan tetapi dia juga seseorang yang mempunyai tingkat kejiwaan religius yang cukup atau rohaniawan (tapa ngrame).
Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai KH. Abdurrahman Wahid, Presiden Keempat Republik Indonesia. Berkuasa tahun 1999-2000.
Mengacu ramalan NOTONEGORO, saya bisa katakan juga memilik 2 versi tafsiran, antara lain :
Versi I :
Jika mengacu pada sisa kata yaitu GORO (Ribut-ribut), ini sesuai dengan keadaan pada waktu tersebut, Gusdur di lengserkan oleh MPR pada sidang istimewanya, sehingga yang naik menggantikan Gusdur adalah Megawati.
Maka dalam ramalan, Gusdur masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi II :
Sama seperti Habibie, kata "Wahid" juga adalah bahasa Arab, kalo diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa, Wahid adalah "Tunggal". Jadi benar akhiran nama nya adalah Tunggal (Gal atau Go).
Maka dalam ramalan, Gusdur masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "Tunggal/GAL/GO" adalah G, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
5. Satrio Piningit Hamong Tuwuh
Satrio Piningit Hamong Tuwuh. Tokoh pemimpin yang muncul membawa kharisma keturunan dari moyangnya (Hamong Tuwuh). Tokoh yang dimaksud ini ditafsirkan sebagai Megawati Soekarnoputri Presiden Kelima Republik Indonesia. Berkuasa tahun 2000-2004. (Megawati adalah Putri dari presiden pertama Indonesia, Soekarno)
Mengacu ramalan NOTONEGORO, saya bisa katakan juga memilik 2 versi tafsiran, antara lain :
Versi I :
Jika mengacu pada sisa kata yaitu GORO (Ribut-ribut), ini sesuai dengan keadaan pada waktu tersebut, Gusdur di lengserkan oleh MPR pada sidang istimewanya, sehingga yang naik menggantikan Gusdur adalah Megawati. Untuk itulah Megawati juga termasuk dalam kata GORO.
Maka dalam ramalan, Megawati Sukarno Putri masuk dalam kata NOTONEGORO
Versi II :
Nama Megawati Sukarno Putri memiliki akhiran RI pada kata PUTRI, Dalam lafal jawa RI dibaca RO. Untuk itu, megawati masuk dalam ramalan NOTONEGORO
Versi III :
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "PUTRI" adalah R, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
6. Satrio Boyong Pambukaning Gapuro
Tokoh pemimpin yang berpindah tempat (boyong/dari menteri menjadi presiden) dan akan menjadi peletak dasar sebagai pembuka gerbang menuju tercapainya zaman keemasan (Pambukaning Gapuro). Banyak pihak yang menyakini tafsir dari tokoh yang dimaksud ini adalah Susilo Bambang Yudhoyono.
Ia akan selamat memimpin bangsa ini dengan baik manakala mau dan mampu mensinergikan dengan kekuatan Sang Satria Piningit atau setidaknya dengan seorang spiritualis sejati satria piningit yang hanya memikirkan kemaslahatan bagi seluruh rakyat Indonesia sehingga gerbang mercusuar dunia akan mulai terkuak.
Mengacu pada NO-TO-NO(NE)-GO-RO : Susilo Bambang Yudhoyono memiliki akhir NO, sehingga sesuai dengan ramalan NOTOGORO (Berputar ulang)
Jika mengacu pada N - T - N - G - R - N - J - M - Y : Konsonan terakhir dari "Susilo Bambang Yudhoyono" adalah N, maka masuk didalamnya yaitu N - T - N - G - R - N - J - M - Y
7. Satrio Pinandito Sinisihan Wahyu
Satrio Penandito Sinisihan Wahyu digambarkan sebagai pemimpin yang bertakwa dan benar-benar taat pada hukum.
Menurut peramal tibet yaitu Suhu Bingo (70) jika ramalan 7 Satrio Piningit tersebut digabungkan dengan ramalan Semar memang cocok. Satrio Pinandito (SP) sama halnya dengan sosok Semar Punakawan (SP) yang pintar dan berwibawa serta berilmu.
Ramalan Semar, yang muncul pada saat runtuhnya maja pahit dan menjadi penasehat Majapahit yaitu sosok seperti Sabdo Palon (SP) yang nantinya akan muncul lagi di era Satrio Pinandito.
Lantas, siapa yang akan menjadi Satrio Pinandito? "Dia lahir dari Jawa dan biasanya akrab dipanggil dengan sebutan orang Jawa. Entah itu Ki, Kanjeng, Cak, atau Le atau siapa saja. Yang jelas, sesuai ramalan dia lahir dari Jawa dan sekali lagi saya katakan akrab dipanggil dengan nama orang Jawa" ujar Suhu Bingo.
Kita tahu bahwa pemenang pilpres 2014 kemarin adalah presiden kita saat ini Joko Widodo. Jika dilihat-lihat tidak ada nama yang sesuai dengan ramalan NOTONEGORO.
Disini saya akan memberikan beberapa versi (lagi) :
Versi 1 :
Kita bisa katakan dia itu masuk dalam ramalan NOTONEGORO jika sang presiden sudah menyelesaikan masa jabatannya selama 5 tahun. Jika aturannya seperti itu, berarti presiden yang sah sesuai dengan NO-TO-NE(NO)-GO-RO baru hanya 3 presiden saya yaitu Soekarno, Soeharto dan Susilo Bambang Yudhoyono.
BJ Habibie, Gusdur dan Megawati tidak termasuk karena mereka belum menyelesaikan atau tidak menjabat 5 tahun.
Sedangkan Joko Widodo kita belum tahu apakah dia berhasil menyelesaikan masa jabatannya ataukan lengser di tengah jalan. Kita lihat saja.
Versi 2 :
Orang tua-tua terdahulu menyebutkan bahwa NOTONEGORO itu ada lanjutannya yaitu NO-TO-NE(NO)-GO-RO-NU-JU-MUL-YO (Notonegoro Nuju Mulyo)
Seperti yang sudah kita ketahui bersama, kalo aksara jawa hanya berisi aksara mati atau "konsonan". Jadi memang sudah benar apa yg dikatakan oleh ronngowarsito, urutannya adalah sebagai berikut :
N - T - N - G - R - N - J - M - Y
Dalam bahasa Jawa WIDODO artinya SEDERHANA, dalam bahasa Jawa ada persamaannya atau sinonimnya yaitu kata PRASOJO, jadi jika mengaju pada ramalan N-T-N-G-R-N-J-M-Y, maka nama Jokowi masuk dalam urutan tersebut, karena kata PRASOJO berakhirnya JO, Konsonan J.
Disamping itu disebutkan juga diatas bahwa dia sering dipanggil dengan panggilan-panggilan orang jawa seperti : Le, Cak, Mbah, Ki, Kanjeng atau siapapun.
Seperti yang kita ketahui sekarang, Joko Widodo sering dipanggil dengan panggilan Pak De Jokowi, Pak De adalah sebutan yang sering dilakukan orang jawa untuk memanggi paman/om.
Maka Ramalan itu sudah sesuai dengan apa yang dimaksud, cuma perlu sedikit penggalian yang lebih detail.
Kesimpulan
Dalam menggali isi dari sebuah ramalan perlu adanya referensi yang banyak dari buku, orang-orang terkait ataupun tetua-tetua didesa. Tujuannya agar dalam menyimpulkan suatu ramalan tidak secara kaca-mata-kuda, tapi harus secara luas.
Bisa saja yang tidak terlihat didalam ramalan tersebut, setelah digali-gali lagi, ternyata ada hubungannya dengan kejadian masa kini.
Tapi semua itu kembali ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa/Ida Sanghyang Widhi Wasa. Tanpanya semua yang tidak mungki menjadi mungkin, semua yang tidak terlihat menjadi terlihat.
Referensi :
terselubung.id, kompasiana.com, solo.tribunnews.com, detik.com, nasional.news.viva.co.id, Beberapa sumber lisan dari tetua-tetua di Jawa yang pernah saya tanya-tanya.
Sugeng Rahayu.. Aristyo Agung Pratomo
ReplyDelete