Kisah Keagungan Bhagawad Gita Bab 4 (Dalam Padma Purana)
Om swastiastu,
Sepekan kemarin, saya menyempatkan waktu membaca Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita. Isinya sangat membuat hati tenang dan bersemangat untuk melakukan hal-hal kebaikan. Untuk itu saya juga ingin membagi kisah tentang keagungan Srimad Bhagawad Gita yang saya baca. Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita itu membahas tentang Jnana Yoga.
Selamat membaca,
***
Ditepi sungai Gangga terdapat sebuah kota bernama kasi (Banares). Disana terdapat sebuah kuil bernama Visvanatha, tempat seorang guru suci bernama Bharata tinggal disana. Setiap hari dengan pengabdian besar, ia melafalkan Bab Keempat dari Srimad Bhagawad Gita. Sebelum itu, kegiatan Bharata adalah melakukan Tirtayatra kekota Tapodana untuk mendapatkan berkah/ darshan dari Sri Krsna.
Saat meninggalkan kota itu, dalam perjalannya ia melihat dua pohon Bilva (Aeglemarmelos). Ia pun memutuskan untuk beristirahan sejenak di bawah keteduhan pohon tersebut. Ia berbaring menggunakan akar dari salah satu pohon sebagai bantal dan akan yang lainnya untuk tumpuhan beristirahat kakinya.
Setelah beberapa waktu kemudian, Bharata meninggalkan tempat dua pohon Bilva tempatnya beristirahat ketika itu, dan kedua pohon itu terlihat mulai mengering. Dalam lima atau enam hari kemudian kedua pohon itu benar-benar kering dan mati.
Dua jiwa yang tinggal di kedua pohon itu pergi, dan pada kelahiran selanjutnya mereka terlahir sebagai putri seorang brahmana yang sangat saleh.
Ketika kedua putri itu mencapai usia tujuah tahun, mereka pergi ber tirta-yatra ke Kasi (banares). Saat berada di Kasi itulah, mereka melihat guru suci Bharata. Segera keduanya bersujud menghormat di kakinya dan berkata dengan manis " Oh Maharaja Bharata, karena berkahmu kami berdua dibebaskan dari kehidupan berbentuk pohon"
Bharata Maharaja yang mendengar ucapan kedua gadis cantik tersebut menjadi sangat terkejut, dan bertanya "Putri-putriku terkasih, dimana dan kapankah kita sebelumnya bertemu dan aku membebaskan kalian dari bentuk pohon? Tolong ceritakan juga bagaimana kalian bisa mendapatkan bentuk pohon? Karena aku tidak tahu apa-apa tentang kejadian ini"
Kedua gadis perempuan tadi kemudian menceritakan kepada Bharata Maharaja kisahnya mereka mendapatkan bentuk pohon. "Maharaja, ditepi sungai Godavara ada tempat suci bernama Chinnapapa. Di tempat itulah hidup Resi Sachatapa. Dia melakukan pertapaan sangat berat dan sulit. Pada musim panas ia duduk di antara banyak api dan pada musim dingin ia akan berdiri didalam air sungai dingin.
Dalam perjalanan waktu, ia pun menjadi benar benar murni dan memiliki kontrol penuh terhadap indria-indrianya dan perlahan-lahan ia mencapai Kaki Padma Tuhan Yang Maha Esa, Sri Krsna. Dewa Brahma mengunjunginya setiap hari untuk melihat peningkatan Sechatapa serta bertanya pada Sachatapa perihal bhakti terhadap Sri Krsna.
Sementara itu, Dewa Indra menjadi sangat khawatir melihat peningkatan Sachatapa dan berfikir bahwa suatu hari nanti ia bisa merebut posisinya sebagai raja surga.
Pada saat itu, Dewa Indra memanggil kami berdua yang dalam kelahiran kami saat itu sebagai apsara (bidadari) di kerajaan surga.
Dewa indra memerintahkan kami berdua untuk menjatuhkan pertapaan Sachatapa sebelum ia mencoba merebut posisinya Dewa Indra."
Setelah menerima perintah itu, keduanya menghilang dari Dewa Indra dan pergi menuju tepi Sungai Godavari dimana Sachatapa sedang melakukan pertapaan.
"Ditempat itu kami berdua mulai bernyanyi dan menari sangat menggoda, amat dekat dengan Sachatapa, dengan maksud agar ia terangsang untuk melakukan hubungan badan dengan kami. Saat menari, kain kami melorot dan payudara kami terlihat.
Karena merasa terganggu, pada saat itu, sambil mengambil air ditangannya, ia mengutuk kami dan kata-kata : Kalian berdua pergilah dan menjadi pohon Bilva di tepi sungai Gangga.
Setelah mendengar kutukannya, kedua bidadari tersebut bersujud di kaki Sachatapa dan memohon pengampunannya
"Guru suci, tolong maafkan kami, karena kami hanyalah pelayan Dewa Indra"
Melihat sikap kedua bidadari tersebut, Sachatapa pun merasa senang. Ia mengatakan akan tetap menjadi pohon sampai Maharaja Bharata datang menyentuh kedua bidadari yang telah berwujud pohon.
"Maharaja Bharata, pada saat itu Anda mengunjungi Topadana, Anda beristirahat dibawah kami ketika kami dalam bentuk pohon Bilva. Disaat Anda istirahat sambil melantunkan Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita, kami mendengar sloka-sloka dengan seksama sehingga kami tidak hanya bebas dari bentuk pohon dan mencapai kelahiran dalam orang suci, tetapi kami juga kehilangan semua keinginan untuk menikmati dunia material"
Sri Visnu bersabda, "Laksmiku, ketika putri itu menceritakan kisah mereka didepan Maharaja Bharata, ia menjadi sangat senang dan menggingalkan ashramnya. Kedua putri itu disepanjang hidup mereka dengan hati-hati melafalkan Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita setiap hari dan mencapai Kaki padma-KU"
***
Semoga dari membaca kisah tentang keagungan Srimad Bhagawad Gita diatas, kita semua memiliki keinginan untuk selalu berbuat kebaikan pada semua hal.
Om Santih, Santih, Santih Om
Bonus :
Sloka 20, Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita
Tyaktva karma-phalasingam
Nitya-trpto nirasrayah
karmany abhipravrtto pi
naiva kincit karoti sah
Artinya :
Mereka yang sepenuhnya tidak berlindung pada apapun, senantiasa berpuas hati, meninggalkan keterikatan pada hasil dari perbuatan-perbuatan, sesungguhnya orang seperti itu tidak melakukan apa-apa walaupun sibuk dalam melakukan segala jenis perbuatan
Comments
Post a Comment