Penderitaan Membuka Kesadaran Dalam Hal Apapun, Lalu Bagaimanakah Sifat Orang Yang Penuh Dengan Kesadaran? Simak Perdebatan Berikut
Om swastiastu,
Hari ini saya melihat sebuah postingan yang menarik dari salah satu teman facebook saya. Topik yang dibawah dalam postingan beliau adalah tentang sebuah meditasi atau ilmu spiritual yang ditekuni oleh seseorang namun menjadi bahan tertawaan bagi sebagian orang dan mengganggap kegiatan seperti itu adalah enteng dan sebagainya.
Berikut kutipannya :
Dari diskripsi tersebut dikatakan adalah kesadaran akan datang ketika penderitaan datang disekitar kita, entah itu kita, keluarga kita yang mengalami penderitaannya. Mungkin dari postingan tersebut kita dapat berpendapat menggunakan sudut yang berbeda setiap orangnnya.
Dari pengalaman saya sendiri, deskripsi diatas benar adanya, kenapa? Saya sendiri menyadari sesuatu entah itu salah atau benar, ketika penderitaan/suatu kejadian telah terjadi disekitar saya. Dan hal-hal seperti itu sering terjadi dihidup saya.
Telepas dari pengalam saya, ada yang lebih menarik lagi untuk dikita bahas pada artikel kali ini. Disumber aslinya, postingan tersebut mendapat pertanyaan dari seseorang yang mengatakan begini :
Apakah tahu jawaban dari jawaban dari pertanyaan ini, kenapa kesadaran harus melalui penderitaan?
Memang pertanyaannya bagus. Yang saya tangkap awalnya, orang tersebut bertanya begitu ingin menguji atau mengajak bertukar pikiran tentang kesadaran yang harus melalui penderitaan.
Saat pemilik status membalas pertanyaan tersebut, jawaban si penanya justru menolak jawaban yang diberikan oleh si pemilih status.
Salah seorang datang untuk memberikan pendapatnya tentang pertanyaan Saudara Irwansya, lihat gambar dibawah ini
Berlanjut ....
Dan ....
Maka ....
Saya raya saudara Irwansyah tersebut ingin menguji pemilik status, apakah dia mengerti tentang kesadaran sehingga dia berani membuat status seperti itu (yang bermakna dalam).
Dan apakah saudaran Irwansyah tersebut sudah mengetahui kesadaran seutuhnya sehingga dia berani memvonis jawaban dari yang lainnya itu salah? atau bagaimana? Tidak satupun jawaban dari orang lain yang ia hargai.
Saya sendiri memang belum tahu secara mendalam tentang ilmu spiritual dan semacamnya, namun saya kira penderitaan yang kita alami untuk menyadarkan akan sesuatu itu tidaklah kacamata kuda (harus begitu!) melainkan ada banyak hal.
Dari jawaban-jawaban yang comment di status tersebut saja sudah memberikan gambaran bagaimana dan apa yang harus dilakukan akan kita mendapatkan kesadaran diri.
****
Itu adalah pendapat saya, seorang anak muda yang belum terlalu dalam memahai hal-hal spiritual, mungkin ada tanggapan dari teman-teman lainnya bisa di tuliskan di kolom komentar untuk bertukar pikiran, dan membuat yang baca memiliki pengetahuan baru.
Suksma. Om Santih, Santih, Santih Om.
Hari ini saya melihat sebuah postingan yang menarik dari salah satu teman facebook saya. Topik yang dibawah dalam postingan beliau adalah tentang sebuah meditasi atau ilmu spiritual yang ditekuni oleh seseorang namun menjadi bahan tertawaan bagi sebagian orang dan mengganggap kegiatan seperti itu adalah enteng dan sebagainya.
Berikut kutipannya :
Oleh : Gede Agustapa
Seseorang dapat saja menertawakan, atau menganggap enteng mereka yang serius belajar Dharma, serius bermeditasi, selama ia belum di dera penderitaan, selama orang yang disayanginya belum didera penderitaan.
Sementara mereka yang sudah mengalami penderitaan, atau orang yang disayanginya mengalami penderitaan, sudah melihat penderitaan, sudah merenungkan penderitaan, biasanya akan serius belajar Dharma. Penderitaan adalah gerbang Dharma.
Setelah mengalami penderitaan, atau melihat penderitaan, kita seharusnya belajar dengan tekun, berlatih dengan tekun, demi kebaikan dan kebahagiaan diri kita sendiri, demi kebaikan dan kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi, demi kebaikan dan kebahagiaan semua makhluk.
Waktu sangat cepat berlalu seperti tidak mau menunggu. Belajar selagi mampu, berlatih selagi mampu. Jangan menyia-nyiakannya. Sebab menurut mereka yang sudah melihat; kehidupan sebagai manusia sangat susah didapat, kesempatan belajar dharma sangat susah didapat, sahabat yang belajar dharma sangat susah didapat.
Semoga semua makhluk, di semua penjuru, di semua alam, di semua tingkatan, terbebas dari penderitaan dan dapat hidup dengan bahagia.
Dari diskripsi tersebut dikatakan adalah kesadaran akan datang ketika penderitaan datang disekitar kita, entah itu kita, keluarga kita yang mengalami penderitaannya. Mungkin dari postingan tersebut kita dapat berpendapat menggunakan sudut yang berbeda setiap orangnnya.
Dari pengalaman saya sendiri, deskripsi diatas benar adanya, kenapa? Saya sendiri menyadari sesuatu entah itu salah atau benar, ketika penderitaan/suatu kejadian telah terjadi disekitar saya. Dan hal-hal seperti itu sering terjadi dihidup saya.
Telepas dari pengalam saya, ada yang lebih menarik lagi untuk dikita bahas pada artikel kali ini. Disumber aslinya, postingan tersebut mendapat pertanyaan dari seseorang yang mengatakan begini :
Apakah tahu jawaban dari jawaban dari pertanyaan ini, kenapa kesadaran harus melalui penderitaan?
Memang pertanyaannya bagus. Yang saya tangkap awalnya, orang tersebut bertanya begitu ingin menguji atau mengajak bertukar pikiran tentang kesadaran yang harus melalui penderitaan.
Saat pemilik status membalas pertanyaan tersebut, jawaban si penanya justru menolak jawaban yang diberikan oleh si pemilih status.
Salah seorang datang untuk memberikan pendapatnya tentang pertanyaan Saudara Irwansya, lihat gambar dibawah ini
Dan ....
Maka ....
Saya raya saudara Irwansyah tersebut ingin menguji pemilik status, apakah dia mengerti tentang kesadaran sehingga dia berani membuat status seperti itu (yang bermakna dalam).
Dan apakah saudaran Irwansyah tersebut sudah mengetahui kesadaran seutuhnya sehingga dia berani memvonis jawaban dari yang lainnya itu salah? atau bagaimana? Tidak satupun jawaban dari orang lain yang ia hargai.
Saya sendiri memang belum tahu secara mendalam tentang ilmu spiritual dan semacamnya, namun saya kira penderitaan yang kita alami untuk menyadarkan akan sesuatu itu tidaklah kacamata kuda (harus begitu!) melainkan ada banyak hal.
Dari jawaban-jawaban yang comment di status tersebut saja sudah memberikan gambaran bagaimana dan apa yang harus dilakukan akan kita mendapatkan kesadaran diri.
****
Itu adalah pendapat saya, seorang anak muda yang belum terlalu dalam memahai hal-hal spiritual, mungkin ada tanggapan dari teman-teman lainnya bisa di tuliskan di kolom komentar untuk bertukar pikiran, dan membuat yang baca memiliki pengetahuan baru.
Suksma. Om Santih, Santih, Santih Om.
Comments
Post a Comment