Renungan - Pilihlah Pasanganmu berdasarkan Dharmamu, Bukan Dari Paksaan Atau Lainnya
Om swastiastu,
Cerita berikuti ini akan mengulas sedikit tentang hidup, yang "kamu pilih adalah apa yang kamu harapkan". Semua harapan pasti ada dalam sebuah kehidupan sebelum berkeluarga, ketika sudah berkeluarga, harapan tersebut akan kamu wujudkan bersama pilihanmu (sebagai istrimu)
****
Suatu hari seorang dosen Fakultas Komunikasi mata kuliah Agama, menguji seorang mahasiswanya. Pak Dosen menyuruh sang mahasiswa yang sudah memiliki keluarga (istri dan anak) untuk menuliskan 5 orang terkasihnya di papan tulis.
Akhirnya dia menulis:
1. Orangtua
2. Istri
3. Anak
4. Saudara Kandung
5. Sahabat
Dosen menyuruh menyisakan 3 orang teratas sebagai yang terkasih dan tersayang dalam hidupnya sedangkan yang lainnya dihapus.
Mahasiswa tersebut menghapus nomor 4 dan 5. Jadi tinggal Orangtua, Istri dan Anak. Setelah itu dia ingin duduk kembali ke bangkunya, akan tetapi Pak Dosen menyuruh dia untuk menghapus 2 orang lagi dan menyisakan 1 orang lagi. Mahasiswa tersebut sangat kaget dan bingung karena 3 orang tersebut adalah mereka yang sangat dikasihinya.
Teman-temannya pun bingung dan bertanya-tanya siapakah yang akan dipilih dan dihapusnya. Akhirnya setelah berjam-jam, si mahasiswa memutuskan untuk menghapus nomor 1 dan 3 (Orangtua dan Anak) dan meninggalkan nomor 2 (Istri) sebagai orang yang paling dikasihinya. Pak Dosen menanyakan alasannya. Dengan yakin si mahasiswa menjawab: Orangtua dan Anak adalah pilihan dari Tuhan.
Saya tidak pernah bisa memilih siapa yang akan menjadi orangtua saya & siapa yang akan menjadi anak saya. Orangtua pun akan saya tinggalkan saat saya menikah dan anak-anak saya pun akan meninggalkan saya saat mereka menikah. Namun seorang istri (pasangan hidup) adalah pilihan saya. Dari sekian hal dalam hidup yang saya alami, Tuhan berikan kepercayaan kepada saya untuk memilih siapa pasangan hidup saya dan hanya dialah yang akan menemani hidup saya selamanya sampai maut memisahkan. Oleh karena itu, saya memilih istri saya.
Renungan yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah:
Makna yang lebih luas
Dari cerita diatas, dapat kita ambil kebuah konotas yang sekiranya membuat sudut pandang kita lebih luas, seperti berikut ini :
Om Santih, Santih, Santih Om
Cerita berikuti ini akan mengulas sedikit tentang hidup, yang "kamu pilih adalah apa yang kamu harapkan". Semua harapan pasti ada dalam sebuah kehidupan sebelum berkeluarga, ketika sudah berkeluarga, harapan tersebut akan kamu wujudkan bersama pilihanmu (sebagai istrimu)
****
Suatu hari seorang dosen Fakultas Komunikasi mata kuliah Agama, menguji seorang mahasiswanya. Pak Dosen menyuruh sang mahasiswa yang sudah memiliki keluarga (istri dan anak) untuk menuliskan 5 orang terkasihnya di papan tulis.
Akhirnya dia menulis:
1. Orangtua
2. Istri
3. Anak
4. Saudara Kandung
5. Sahabat
Dosen menyuruh menyisakan 3 orang teratas sebagai yang terkasih dan tersayang dalam hidupnya sedangkan yang lainnya dihapus.
Mahasiswa tersebut menghapus nomor 4 dan 5. Jadi tinggal Orangtua, Istri dan Anak. Setelah itu dia ingin duduk kembali ke bangkunya, akan tetapi Pak Dosen menyuruh dia untuk menghapus 2 orang lagi dan menyisakan 1 orang lagi. Mahasiswa tersebut sangat kaget dan bingung karena 3 orang tersebut adalah mereka yang sangat dikasihinya.
Teman-temannya pun bingung dan bertanya-tanya siapakah yang akan dipilih dan dihapusnya. Akhirnya setelah berjam-jam, si mahasiswa memutuskan untuk menghapus nomor 1 dan 3 (Orangtua dan Anak) dan meninggalkan nomor 2 (Istri) sebagai orang yang paling dikasihinya. Pak Dosen menanyakan alasannya. Dengan yakin si mahasiswa menjawab: Orangtua dan Anak adalah pilihan dari Tuhan.
Renungan yang dapat kita ambil dari kisah di atas adalah:
Pilihlah pasangan hidupmu dengan bijak dan hati-hati serta sesuai dengan Dharmamu. Jangan terburu-buru hanya karena desakan orangtua atau melihat orang-orang di sekitarmu telah menikah.Tuhan sudah memberikan "kebebasan" kepada kita untuk memilih "sendiri" pasangan hidup kita sehingga ketika umur pernikahan sudah di atas 10 tahun, tidak akan ada kata penyesalan melainkan ucapan syukur yang tiada henti atas kepercayaan yang diberikan dariNya.
Makna yang lebih luas
Dari cerita diatas, dapat kita ambil kebuah konotas yang sekiranya membuat sudut pandang kita lebih luas, seperti berikut ini :
Orang tua adalah masa lalu, Istri adalah waktu sekarang/saat ini, dan Anak adalah masa depan/yang akan datang. Tidaklah mungkin kita kembali ke masa lalu, dan masa yang akan datang belum jelas. Masa yang akan datang ditentukan oleh tindakan kita saat ini.Maka untuk masa depan yang lebih baik, gunakanlah waktu sekarang ini sebaik-baiknya.
Om Santih, Santih, Santih Om
Comments
Post a Comment