Posts

Showing posts from January, 2017

Menguak Jati Diri Karna Sang Putra Surya Di Kehidupan Yang Lalu

Image
Om Swastiastu, Sebagian dari kita mungkin sudah tahu siapa itu Karna , ya karna sang ksatria putra Bhatara Surya. Kita kenal Karna sebagai sosok ksatria yang dalam perang Mahabharata membela kubu Adharma meskipun dia sendiri tahu siapa Dharma yang sebenarnya. Mungkin kita juga akan bertanya, kenapa Karna tidak membela Dharma padahal Dia tau mana yang benar dan mana yang salah. Sebagian dari kita mungkin juga ada yang mengatakan begini, "Karna adalah ksatria sejati. Dia membela Duryodhana karna merasa berhutang budi yang besar". Memang semua penyataan-pernyataan itu benar semua, jika ditelaah kejadian-kejadian tersebut adalah faktor pendukung terhadap phala yang akan dia dapatkan dari karma masa lalunya. Karna putra Bhatara Surya Karna adalah Reinkarnasi dari Iblis jahat (Asura / Rakshasa) bernama Sahasra Kavacha / Dambhodbhava / Tanasura yang  telah menindas jutaan manusia tak berdosa dan para Brahmana dan juga telah menciptakan kekacauan di Bumi  & Swarga

Hakikat Dan Keutamaan Siwaratri ( Dari Gelap/Ratri Menuju Terang/Siwa Kembali)

Image
Om Swastiastu. "Atyantādhika ning bratanya taya kājar denikang rāt kabeh, manggeh ling nikang ādisastra Shivarātri punya tan popama" Shivarātrikalpa. 12.1. (Sangat utama Brata Sivarātri telah diajarkan kepada dunia dan sastra-sastra utama selalu menekankan keutamaan Shivarātri tiada bandingnya) Bhagavan Satya Sai Baba mengatakan tentang siwa ratri sebagai berikut "Beginilah, malam dikuasai oleh bulan. Bulan mempunyai enam belas kala atau bagian-bagian kecil. Setiap hari bila bulan menyusut, berkuranglah satu bagian kecil hingga bulan hilang seluruhnya pada malam bulan yang baru. Setelah itu setiap hari tampak sebagaian, hingga lengkap pada bulan purnama. Bulan adalah dewata yang menguasai manas yaitu pikiran dan perasaan hati. 'Candramaa manaso jaathah'. Dari Manas (pikiran) Purusha (Tuhan) timbullah bulan. Ada daya tarik menarik yang erat antara pikiran dan bulan, keduanya dapat mengalami kemunduran atau kemajuan. Susutnya bulan adalah simbul susutny

Kisah Keagungan Bhagawad Gita Bab 4 (Dalam Padma Purana)

Image
Om swastiastu, Sepekan kemarin, saya menyempatkan waktu membaca Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita. Isinya sangat membuat hati tenang dan bersemangat untuk melakukan hal-hal kebaikan. Untuk itu saya juga ingin membagi kisah tentang keagungan Srimad Bhagawad Gita yang saya baca. Bab Keempat Srimad Bhagawad Gita itu membahas tentang Jnana Yoga . Selamat membaca, *** Visnu berkata "Yang terkasih Laksmi, sekarang Aku akan menceritakan keagungan Bab Keempat dari Srimad Bhagawad Gita " Ditepi sungai Gangga terdapat sebuah kota bernama kasi (Banares). Disana terdapat sebuah kuil bernama Visvanatha , tempat seorang guru suci bernama Bharata tinggal disana. Setiap hari dengan pengabdian besar, ia melafalkan Bab Keempat dari Srimad Bhagawad Gita . Sebelum itu, kegiatan Bharata adalah melakukan Tirtayatra kekota Tapodana  untuk mendapatkan berkah/ darshan dari Sri Krsna . Saat meninggalkan kota itu, dalam perjalannya ia melihat dua pohon Bilva (Aeglemarmelos).

"NANGLUK MERANA" Tilem Pada Sasih Ke-VI

Image
Om Swastiastu, Bali adalah sebuah daerah dimana kita sering menemui kata Kala/Betara Kala. Jika kita telaah lagi berarti kala adalah waktu, waktu yg mendatangkan bencana, sehingga ada yang disebut dengan istilah NANGLUK MERANA bencana yang dibendung dengan upakara mendekatkan diri dg sang maha pencipta. Nanggluk Merana jika di jabarkan secara harfiah, maka : 1. Naluk berarti Nangluk = tanggul atau bendung, 2. Merana berarti Bencana. Jadi secara keseluruhan nangluk merana artinya menunda atau membendung bencana. Yang disebabkan oleh RTA peredaran tata Surya yang secara alamiah yang tidak kita bisa hindari. Karena merupakan siklus tata surya, karena bumi mengelilingi Matahari sesungguhnya ada tiga pergerakan bumi dalam tata surya yaitu Bumi pada porosnya berputar sendiri, sehingga ada siang dan malam. Sambil berputar pada porosnya bumi juga mengelilingi matahari. Sehingga ada musim hujan dan kemarau bagi kita di khatulistiwa, sedangkan bagi mereka yang jauh dari karulisti

Arti Dari Kata "SHIVA" Secara Detail

Image
Om Swastiastu, Kali ini saya ingin membagikan sebuah pengetahuan yang saya dapat dari topik berjudul "Understanding Shiva" oleh Sri Sri Ravi Shankar **** Shiva adalah Sebab dari Semua Sebab. Shiva dapat dipecah menjadi beberapa suku kata yaitu : Sha  ee va Yang mana masing-masing kata tersebut memiliki artinya berbeda-beda namun saling bergantungan satu sama salinnya : Sha berasal dari kata Shareram (sarira) yang artinya tubuh atau raga. Ee berasal dari kata Eeshwari yang artinya energi kehidupan. Va berasal dari kata Vayu (bayu) yang berarti gerakan. Sehingga Shiva secara etimologi merepresentasikan Tubuh atau raga yang hidup dan bergerak. Jika urat kata " Ee " dipindahkan dari Shiva, maka itu akan menjadi  : Sha + va atau Shava (sawa) yang artinya tubuh tanpa kehidupan atau tubuh yang mati. Apapun di alam semesta jika bersama Shiva adalah "kehidupan" dan apapun tanpa Shiva adalah Shava (sawa) atau tanpa kehidupan. Jadi Shiva

Renungan - Pilihlah Pasanganmu berdasarkan Dharmamu, Bukan Dari Paksaan Atau Lainnya

Image
Om swastiastu, Cerita berikuti ini akan mengulas sedikit tentang hidup, yang "kamu pilih adalah apa yang kamu harapkan". Semua harapan pasti ada dalam sebuah kehidupan sebelum berkeluarga, ketika sudah berkeluarga, harapan tersebut akan kamu wujudkan bersama pilihanmu (sebagai istrimu) **** Suatu hari seorang dosen Fakultas Komunikasi mata kuliah Agama, menguji seorang mahasiswanya. Pak Dosen menyuruh sang mahasiswa yang sudah memiliki keluarga (istri dan anak) untuk menuliskan 5 orang terkasihnya di papan tulis. Akhirnya dia menulis: 1. Orangtua 2. Istri 3. Anak 4. Saudara Kandung 5. Sahabat Dosen menyuruh menyisakan 3 orang teratas sebagai yang terkasih dan tersayang dalam hidupnya sedangkan yang lainnya dihapus. Mahasiswa tersebut menghapus nomor 4 dan 5. Jadi tinggal Orangtua, Istri dan Anak. Setelah itu dia ingin duduk kembali ke bangkunya, akan tetapi Pak Dosen menyuruh dia untuk menghapus 2 orang lagi dan menyisakan 1 orang lagi. Mahasiswa tersebut san

Bhavisya Purana (Bagian 3) - Adam Dan Hawa Adalah Manusia Pertama Dalam Zaman Kaliyuga Dan Penganut Weda (Bukan Manusia Pertama Dibumi)

Image
Adam dan Hawa adalah manusia pertama. Begitu dikatakan oleh beberapa kitab suci agama lain. Di Hindu manusia pertama dikenal dengan Manu. Mereka terlal]hir pada zaman yang berbeda dan hal yang pasti adalah mereka penganut ajaran Weda. Adam dan Hawa : Terlahir pada zaman Kaliyuga (sekarang ini) Manu : Terlahir sebelum zaman kaliyuga Jika kita berbicara tentang siapa manusia pertama setelah alam semesta di ciptakan Tuhan? Mungkin ulasan berikut ini membantu :  Siapa Manusia Pertama dan Bagaimana Hindu Menjawabnya? Simak ulasan berikut ini Om Swastiastu, Berikut tertulis pada Bhavisya Purana (Bagian 3) : "Vyasa mengatakan: "Sekarang engkau akan mendengar cerita masa depan diriwayatkan oleh Suta Goswami ini dengan penuh perhatian. Dengan mendengar Kisah Kali-yuga ini, engkau akan menjadi puas". "Setelah orang orang Mleccha dihancurkan , Kali purusha berdoa kepada Sang Hyang Wisnu, Narayana . Setelah beberapa waktu, karena terpuaskan oleh tapasya Kali Purush

Penderitaan Membuka Kesadaran Dalam Hal Apapun, Lalu Bagaimanakah Sifat Orang Yang Penuh Dengan Kesadaran? Simak Perdebatan Berikut

Image
Om swastiastu, Hari ini saya melihat sebuah postingan yang menarik dari salah satu teman facebook saya. Topik yang dibawah dalam postingan beliau adalah tentang sebuah meditasi atau ilmu spiritual yang ditekuni oleh seseorang namun menjadi bahan tertawaan bagi sebagian orang dan mengganggap kegiatan seperti itu adalah enteng dan sebagainya. Berikut kutipannya : Oleh : Gede Agustapa Seseorang dapat saja menertawakan, atau menganggap enteng mereka yang serius belajar Dharma, serius bermeditasi, selama ia belum di dera penderitaan, selama orang yang disayanginya belum didera penderitaan. Sementara mereka yang sudah mengalami penderitaan, atau orang yang disayanginya mengalami penderitaan, sudah melihat penderitaan, sudah merenungkan penderitaan, biasanya akan serius belajar Dharma. Penderitaan adalah gerbang Dharma. Setelah mengalami penderitaan, atau melihat penderitaan, kita seharusnya belajar dengan tekun, berlatih dengan tekun, demi kebaikan dan kebahagiaan diri kita sendiri, d