Makna Penggunaan Bija serta Cara Mengunakannya

Om Swastiastu,

Wija (Bija) dalam bahasa sansekerta disebut Gandaksata yang berasal dari kata Ganda dan Aksata yang artinya biji padi-padian yang utuh serta berbau wangi

Pada saat selesai persembahyangan, biasanya umat Hindu (khususnya Hindu di Indonesia) pasti menggunakan bija di keningnya. Nah pertanyaannya adalah Apa kalian tau makna Bija dan tata cara penggunaannya?

Mari saya jelaskan secara singkat makna dari Bija dan cara penggunaannya

Ilustrasi Pemakai Bija

MAKNA BIJA


Makna Bija adalah sebagai lambang kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Apa yang dimaksud dengan Kumara?
Kumara adalah benih ke-siwa-an atau kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang.
Mawija mengandung makna menumbuh kembangkan benih ke-Siwa-an yang ada dalam diri Manusia. Oleh karena itu, disarankan agar menggunakan beras yang masih utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya begini : beras yang patah, pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh.

TATA CARA PENGGUNAAN BIJA

 
Dalam penggunaannya Bija tidaklah sembarangan tempatnya, mengingat makna bija seperti yang dijelaskan sebelumnya. Ibarat kita menanam pohon/tanaman tidak akan bisa tumbuh jika tempatnya salah atau tanahnya tidak subur. Tubuh Manusia juga seperti itu, ibarat tanaman, agar dapat menumbuhkan benih ke-Siwa-an dalam diri Manusia, penempatan bija haruslah tepat.

Bija sebaiknya ditempatkan pada titik-titik yang peka terhadap sifat dari kedewataan atau ke-Siwa-an. Dari banyaknya bagian-bagian tubuh Manusia hanya terdapat 5 titik yang memiliki sifat kedewataan yang disebut Panca Adisesa, yaitu :

  • Diantara dua alis mata yang disebut dengan Anjacakra. Sebenarnya letaknya sedikit keatas diantara dua alis mata (yang sering dipakai orang-orang)
  • Di dalam mulut atau langit-langit, karna tidak mungkin menempel bija di mulut makanya para Umat Hindu Biasanya Memakannya
  • Di Leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut dengan Wisuda Cakra.
  • Di pusar yang disebut titik Manipura Cakra.
  • Di Ulu hati, zat ketuhanan yang di yakini paling terkonsentrasi didalam padma hrdaya (hati yang berbentuk bunga tunjung atau padma). Pada bagian ini disebut Hana Hatta Cakra

Oleh karena pakaian/sarana persembahyangan atau hal lainnya yang tidak mungkin menjangkau kelimat unsur tersebut, maka cukuplah difokuskan menjadi tiga titik saja, yaitu :

  • Pada Anja Cakra yaitu sedikit keatas diantara dua alis mata
  • Pada Wisuda Cakra, Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan
  • Di Mulut atau Langit-langit. Bija langsung di telan tanpa di kunyang, harus juga mengambil beras yang utuh tidak boleh patah. Kenapa harus di telah langsung? Karna sama saja artinya patah/rusak/tidak sempurna ketika beras itu di kunyah

Pada Kenyataannya bagaimana? kita sering melihat orang-orang memakai bija semaunya saja, agaknya kurang tepat jika menaruh bija selain dari titik-titik yang sudah dijelaskan.

Melakukan sesuatu yang kita sendiri tidak tau arti dan maknanya untuk apa? ikut-ikutan saja atau memang tidak tahu alasanya asal taruh saja? Saya sendiri dulu sembarangan menaruh bija karna melihat orang-orang disekitar saya memakai bija disana-sini

Semoga terinspirasi, Rayahu! Om Santih, Santih, Santih Om

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kelahiran Dewi Satyawati Dan Maharesi Wyasa (Serta Kisah Satyawati Sang Pemantik Perang Bharatayudha)

Kisah Radha Dan Krisna

Mengenal Sosok Kamsa/Kangsa/Kans Musuh Pertama Sri Krisna