Mencari Makna Mejot/Ngejot (Yadnya Sesa) Yang Sebenarnya Dalam Tradisi Hindu Di Bali

Om Swastiastu,

Jika kita berada di Bali, hal yang paling sering kita lihat tradisi orang-orang di Bali yang terlibilang unik. Contoh misalnya kita ambil proses yadnya.

Yadnya adalah persembahan/korban suci yang tulus ikhlas yang dilakukan oleh Manusia kepada Tuhan yang maha Esa.

Yadnya sendiri ada banyak salah satunya adalah Yadnya Sesa atau jika di artikan secara awam adalah persembahan yang dilakukan setiap hari atau sehari-hari. Salah satu Yadnya Sesa yang sering kita jumpai adalah proses Mejot/Ngejot.

Mejot/Ngejot biasa dilakukan oleh orang ketika di baru selesai masak dirumah atau mereka yang punya makanan sebelum dimakan akan di Haturkan terlebih dahulu ke pelinggih atau sanggah dirumahnya.

Jotan (Sesajen utk mejot)
KOK HARUS MEMPERSEMBAHKAN NASI SIH KE TUHAN, APAKAH TUHANMU LAPAR SEHINGGA PERLU MAKAN?

Saya yakin, diantara teman-teman yang baca atikel ini pasti pernah mendapatkan pertanyaan seperti ini, ya kan?

Lalu bagaimana Anda menjawabnya? apakah cuma bilang mula keto atau justru jawabnya tidak tahu?

Pasti diantara kita punya pandangan yang sama yaitu, mejot/ngejot dilakukan sebagai rasa syukur kita kehadapat Ida Sanghyang Widhi Wasa atas rejeki dan anugrah yang telah Bliau berikan kepada umatnya. Seperti yang dikatakan pada sloka Bhagawad Gita berikut :
yajna sishtasinah santo, muchyante sarva kilbishaih, bhunjate te tv agham papa, ye pachanty atma karanat
Yang artinya :
Yang baik makan setelah upacara bakti, akan terlepas dari segala dosa, tetapi menyediakan makanan lezat hanya bagi diri sendiri, mereka ini sesungguhnya makan dosa.
Jika mejot yang dilakukan di Sanggah, Penunggun Karang, Pelangkiran masih bisa orang menerima jawaban seperti itu, karna sanggah merupakan media kita untuk sembahyang kepada Tuhan.

Lalu bagaimana jika mejot/ngejot yang dilakukan di tempat lain yang susah orang terima dengan akal sehat (orang non Hindu atau mungkin orang hindu yang bukan orang Bali), seperti mejot di pohon tertentu, batu besar/angker disebelah rumah/lingkungan kita (mungkin).

Sedangkan menurut Menawa Dharmasasta ada lima tempat penting untuk melakukan Yadnya Sesa, antara lain :

  1. Pertiwi(tanah),biasanya ditempatkan pada pintu keluar rumah atau pintu halaman.
  2. Apah(Air), ditempatkan pada sumur atau tempat air.
  3. Teja(Api), ditempatkan di dapur, pada tempat memasak(tungku) atau kompor.
  4. Bayu, ditempatkan pada beras,bisa juga ditempat nasi.
  5. Akasa, ditempatkan pada tempat sembahyang(pelangkiran,pelinggih dll).

Apakah itu artinya orang Hindu Bali memberikan persembahan selain Tuhan?. Kenapa saya memberikan pola pikir seperti itu, karena kita sendiri orang Bali pasti paham kenapa pohon itu di berikan jotan. Pengertian kita paling sebatas "pohon kayunya itu isi penghuninya" atau dalam bahasa balinya "nak misi to punyan kayune"

Pohon beringin yang dijadikan pelinggih
Saya sendiri beberapa kali menanyakan kepada orang-orang tua yang bertetanggaan dengan saya kosnya, jawabannya hampir kebanyakan bilang nak tenget to punyan kayune

LALU BISAKAH PERTANYAAN TERSEBUT DIJAWAB SECARA ILMIAH TANPA MENGHILANGKAN MAKNA SESUNGGUHNYA? 

Saya yakin, ada puluhan makna yang bisa kita ambil dari prosesi mejot/ngejot tersebut, cuma kita sendiri yang belum mendapatkannya.

Kalau menurut saya, menurut apa yang pernah saya dengar dari Tetua-tetua pura, buku-buku keagamaan, maknanya sebagai berikut :

Pastinya sebagai rasa syukur kita kepada Ida Sanghyang Widhi Wasa, karna Bliau telah melimpahkan rejeki kepada umatnya. (Jawaban ini bisa saya terima dengan akal sehat saya)

Misalnya jika kalian melihat persembahan seperti jeruk, pisang, dll itu makna awalnya adalah sebagai rasa syukurnya karna para petani telah panen jeruk atau panen hasil kebun lainnya. (Masih bisa saya terima, karna pastinya hasil/rejeki yang datang itu dari Tuhan)

Jika yang sering kalian lihat orang rumahan mejot nasi, itu juga sebagai ucapan syukur karna hari itu mereka masih bisa makan nasi. (Bisa saya terima)

Ada yang bilang, kita melakukan Mejot itu karena kita sadar kita tidak hidup sendiri dilingkungan ini, maksudnya masih ada mahluk hidup lainnya yang ada disekitar kita seperti hewan, binatang melata, ayam, kucing dllnya. Kita ngejot agar mereka memakan jotan itu, dan tidak masuk kerumah kita atau masuk kedapur utk mencari makanan.

Jawaban diatas ini memang ada benarnya, tapi masih ada yang mengganjal di hati saya. Jika kita tujuannya agar tidak mengganggu/masuk kerumah kita atau dapur kita kenapa kok dimasukan dalam kategori Yadnya? dan juga apakah para binatang itu kenyang hanya dengan makan nasi sejumput? atau bagaimana

Tapi jika teman-teman ada yang mempunya jawaban seperti ini, saya sangat menghargai dan menghormati. Karna tujuan dari artikel ini adalah sharing informasi.

Memberikan Bhuta Kala persembahan, karna kita tahu kita tidak hidup sendiri di alam ini. Karna Bhuta kala itu derajatnya lebih rendah dari Manusia dan tidak mampu membuat makanan sendiri, kemudian dari pada Bhuta kala ini mengganggu, maka ada baiknya kita berbagi dengan nya, bukan menyembah ya, tapi berbagi, karna kita memiliki rejeki lebih, kita berbagi. Ketika kita rutin melakukan itu, suatu saat nanti Bhuta kala ini pasti akan membalas kebaikan kita.

Soal bhuta kala ini saya mengerti, dan saya juga setuju dengan pendapat ini, namun masih ada yang mengganjal dihati saya, apakah ini sudah lepas dari konteks Ketuhanan dan Keagamaan? atau bagaimana?

Jika teman-teman memiliki pendapat yang saya, saya sangat menghargai dan menghormati, karena tujuan artikel ini hanyalah sharing pengetahuan.


Dari semua pendapat yang pernah saya dengar, mungkin teman-teman punya sanggahan atau tambahan, silakan lakukan di kolom komentar, saya sangat mengapresiasi karna itu akan menambah pengetahuan kita bersama.

Om Santih, Santih, Santih Om

Rahayu

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kelahiran Dewi Satyawati Dan Maharesi Wyasa (Serta Kisah Satyawati Sang Pemantik Perang Bharatayudha)

Kisah Radha Dan Krisna

Mengenal Sosok Kamsa/Kangsa/Kans Musuh Pertama Sri Krisna