Akibat Yang Terjadi Jika Meninggalkan Ajaran Hindu (Ajaran Dharma Weda)

Om Swastiastu,

Pada jaman sekarang, kejadian pindah Agama sudah tidak jarang kita temui. Pindah agama, menurut alasan sebagian orang yang melakukan adalah karna Jabatan, harta, warisan dan lain-lain.


Di Hindupun demikian, banyak kita jumpai seseorang yang meninggalkan Agama Hindu untuk hal yang masih bersifat duniawi. Pertanyaannya adalah apakah ada phala yang didapat seseorang yang meninggalkan ajaran Weda?

Bhagawad Gita Bab XVI Sloka 23 Menjawabnya dengan :
Imbalan bagi orang yang meninggalkan agama Hindu untuk mencari Tuhan lain adalah: tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan, kebahagiaan, Sorga atau Moksa  sebagai tujuan tertinggi umat Hindu.  (BG. XVI.23)

Pindah agama disebabkan karena kurangnya pemahaman Umat Hindu terhadap agamanya dan mengganggap semua agama sama, padahal tidak sama


Banyak contoh kasus yang terjadi di Indonesia (umumnya), orang yang beragama Hindu pindah ke agama lainnya karena Jabatan, Karen Ikut Istri/Suami, Karena warita, dan lain-lain.

Orang-orang tersebut menggangap bahwa semua agama sama, padahal tidak. Dia beranggapan bahwa "Saya bisa berkomunikas dengan Tuhan melalui agama A, B atau C". Mungkin sebagian orang mengatakan masuk akan dan sah-sah saja, toh sama-sama memuja Tuhan, tapi tidak dengan sloka dibawah ini :
Yah sastrawiddim utsrijya, wartate kamakaratah, na sa siddhim awapnoti,  na sukham na param gatim.

Artinya                      
                                       
Mereka yang meninggalkan Weda (sastrawiddhim),mereka dipengaruhi oleh nafsu duniawi, tidak akan pernah bisa mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tidak pernah bisa mencapai tujuan tertinggi (Sorga atau Moksa) (BG.XVI.23)

Justru Sang Hyang Widhi sendiri yang memerintahkan untuk mengajarkan ajaran Weda ini ke seluruh elemen masyarakat, berikut kutipan slokanya :
Yathemam vacam kalyanim avadani janebhyah, Brahma rajanyabhyam sudraya caryaya ca svaya caranaya ca
Artinya :        
                                               
Hendaknya wartakan sabda suci ini ( Weda) kepada seluruh umat manusia, baik kepada para Brahmana, para raja-raja maupun kepada masyarakat pedagang, petani dan nelayan serta para buruh, kepada orang-orangku maupun orang asing sekalipun (Yayurveda XXVI.2)
Tidak ada iming-iming apa-apa disana disebutkan ya, yang bersifat keduniawian. Weda sangat diperlukan manusia saat ini karena didalamnya terdapat sloka-sloka yang menengkan, bukan menyulut amarah dan kebencian. Itu mengapa weda sangat diperlukan manusia saat ini.

Pindah agama sering terjadi karena pemahaman yang keliru atau sengaja dikelirukan oleh kaum Adharma


Mereka yang dikendalikan oleh nafsu karena pengetahuannya yang salah/keliru, pergi ke-tempat pemujaan dewa-dewa lain , mereka berpengang pada aturan menurut cara-cara mereka sendiri (BG. VII.20).

Dewa-dewa lain yang dimaksud adalah Dewa-Dewa selain Dewa-Dewa Hindu, artinya pergi ke agama lain mencari tuhan lain dan  meninggalkan agama Hindu.

Dengan harapan yang sia-sia, perbuatan yang sia-sia, pengetahuan yang sia-sia dan tanpa kesadaran, mereka mengikuti jalan keliru oleh pengaruh jahat Raksasa dan Asura yang menyesatkannya (BG.IX.12)

Orang yang pindah agama atau meninggal kan Agama Hindu, sama artinya mencari Tuhan lain. Mereka oleh agama Hindu di-sebut : dipengaruhi/ ditipu  oleh Raksasa dan  Asura (setan) yang membawa ke jalan sesat.

Dalam agamanya yang baru sering  diajar-kan atau mungkin ditemukan ayat-ayat  yang menghujat Weda dan Agama Hindu sebagai agama penyembah berhala, agama politheis, menerapkan kasta-isme dan agamanya kaum pagan dan lain sebagainya. Bahkan Bapak- dan Ibu serta para leluhurnya yang beragama Hindu  disebut sebagai kaum kafir, sebagai ekpresi kebencian terhadap kitab Weda dan Hyang Widdhi, sehingga menurut Hyang Widdhi, mereka yang meninggalkan agama Hindu dan membenci agama Hindu kelak Atmanya pantas dicampakkan ke Neraka.

Dalam BG. XVI.19 disebutkan :                              

Mereka yang kejam membenci Aku, adalah manusia yang paling hina, yang Aku campakkan tak henti-hentinya penjahat itu ke dalam kandungan Raksasa.                    

Yakinlah bahwa Weda berasal dari Hyang Widhi, perintah-perintah NYA merupakan petunjuk jalan bagi umat manusia


Kitab suci agama Hindu (Weda) berasal dari Hyang Widdhi seperti dikatakan sendiri oleh beliau dalam Bagawad Gita. XV.15 berikut :

Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham

Artinya :

Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. 

Juga dinyatakan dalam Atharvaveda X.7.20 berikut:

Yasmad rco apataksan,  yajur yasmad apakasan,  samani yasya lomany atharvangiraso mukham. Skambham tam bruhi katamah svideva sah.:

Artinya :

“Wahai manusia, Rgveda lahir dari-Ku, yang merupakan prana-Ku dan dari-Ku juga lahir yajurveda yaitu hati-Ku, Sama-veda adalah rambut-Ku, Atharvaveda adalah muka-Ku. Katakan siapakah yang sebenarnya menciptakan Veda. Wahai manusia, Akulah dengan nama Skambham yang menciptakan veda itu”

Bahwa Weda berasal dari  Hyang Widhi juga dinyatakan oleh Hyang Widhi dalam RgWeda X.10.9 dan YayurWeda XXXI.7  :

Tasmad yajnat sarvahuta, rcah samani jajnire,  chandamsi jajnire tasmad, yajus tasmad ajayata

Artinya :

“Wahai umat manusia, Rgveda, Samaveda, Atharvaveda dan Yayurveda, berasal dari-Ku”

Kitab Weda disebut juga  Sastrawiddhi atau Sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME, ini untuk membedakan sastra yang berasal dari pemikiran manusia, seperti yang ditulis oleh para Mpu/ Rsi / Danghyang / Professor / Doktor / Ahli agama / dsb.  yang  disebut Sastramanawa atau Dharmasastra.

Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab Weda (sastrawiddhim), dan tidak mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh  yang tidak tahu jalan kebenaran dan kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran abadi (BG.III.32)

Mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi akan dibe-baskan dari perputaran karma/ Reinkarnasi. Seperti sabda awatara Wisnu-Sri Krsna,  dalam Bagawad Gita.III.31 berikut :

Ye me matam idam nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto ‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih.

Artinya :

Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan bebas dari keterikatan duniawi, mereka  akan dibebas kan dari belengu karma. (bebas dari kelahiran kembali/Reinkarnasi).

Mereka yang selalu memuja Hyang Widdhi, dan selalu berpikir tentang Hyang Widdhi, maka Hyang Widdhi berjanji akan menjaga apa yang sudah mereka punya dan akan membawakan apa yang belum mereka miliki seperti sabda berikut :

Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate, tesam nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.(BG.IX.22)

Artinya :

Mereka yang selalu memuja-Ku, merenung- kan Aku selalu, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan akan Ku lindungi segala apa yang mereka telah miliki. 

Beberapa phala yang akan diterima umat manusia jika meninggalkan Dharma Weda, antara lain :

Setelah Ajal Tiba Atamannya Tidak akan pernah mencapai alam kebahagiaan, kesempurnaan, dan tujuan tertinggi yaitu moksa


Kata-kata ini tersurat dalam Bhagavadgita XVI.23 "Ia yang meninggalkan ajaran-ajaran kitab Suci Veda, ada dibawah pengaruh kama (napsu) tidak akan mencapai kesempurnaan, kebahagiaan dan tujuan tertinggi".

Mantram ini memberikan tuntunan agar kita jangan meninggalkan kitab suci Weda hanya karena menuruti nafsu (kama) maka orang yang bersangkutan tidak akan selamat.

Bisa jadi orang yang meninggalkan Dharma Weda di dunia ini dia bahagia, tetapi dapat dipastikan kelak Atmannya akan terseret ke lembah Neraka. Dalam Bhagavadgita XVI.19 disebutkan juga :" Mereka yang kejam membenci Aku, adalah manusia yang paling Hina, yang Aku campakkan tak henti-hentinya penjahat itu ke dalam kandungan raksasa".

Kalau kita renungkan mantram ini menekankan orang yang pindah Ajaran atau keluar dari ajaran Weda Hindu sama artinya membenci Brahman, sehingga kelak atmannya patut dicampakkan lembah neraka. Itu akibat perbuatannya sendiri seperti tersirat dalam Atharwa veda II.12.6 " Perbuatan jahat orang yang berdosa membuat kehidupannya tersiksa"

Setelah Ajal Tiba Atmannya akan tenggelam ke lembah Neraka


Dalam Manawa Dharma sastra VI.35 :

"Kalau ia telah membayar 3 macam hutangnya (Kepada Brahman, leluhur dan orang tua) hendaknya ia menunjukkan pikiran untuk mencapai kebebasan terakhir. Ia yang mengejar kebebasan terakhir ini tanpa menyelesaikan tiga macam hutannya akan tenggelam ke bawah".

Karena dia sudah meninggalkan ajaran Dharma Weda berarti dia tidak bisa lagi membayar 3 macam hutangnya (tri Rna) , karena mereka tdk mengakui adanya Tri Rna ini. Sering kita melihat orang yang pindah agama saat orang tuanya meninggal dia memakai pakaian adat, dia melakukan sembahyang Hindu saat orang tuanya di aben, padahal dia sudah bukan hindu.

Keluarga mereka menerima seolah-olah tidak ada beban, demikian pula masyarakat tidak perduli melihat hal tersebut. Kalau dikeluarganya mengerti Hindu tentunya yang pindah agama tersebut tidak akan diperbolehkan menyembah orang tuanya, karena akan menghambat jalannya Atman orang tua menuju alam Leluhur dan alam para Dewa.

Setelah Ajal Tiba Atmanya tidak akan ketemu jalan menuju Swargaloka


Dalam Bhagavad Gita III.35 "Lebih baik mengerjakan kewajiban sendiri walaupun tiada sempurna daripada dharmanya orang lain yang dilakukan dengan baik, lebih baik mati dalam tugas sendiri daripada dalam tugas orang lain".

Kita sebenarnya telah beragama hindu sejak Atman, Roh dan Jiwa diceptakan Brahman, bukan saat kita dilahirkan, karena kita percaya dengan reinkarnasi / samsara punarbhawa. Berarti sejak Brahman menciptakan kita selama itu pulalah kita telah beragama Hindu (Ajaran Weda). Bisa jadi kita atman telah berusia ribuan tahun, berarti karma wasana sudah melekat juga sejak ribuan tahun.

Kalau seseorang beragama Hindu sejak Atman diciptakan Brahman, lalu pindah ke agama lain, maka karma wasana di agama lain tidak ada artinya, karena dikumpulkan dalam waktu singkat kendati pun dilakukan dengan disiplin dan ketat.

*****

Sejak dalam kandungan kita telah beragama Hindu. Nenek moyang kita juga beragama Hindu. Bahkan seluruh umat manusia pada awalnya beragama Hindu seperti disebut dalam bhagawad Gita berikut :
Sri Bhagawan uwaca :

Imam wiwaswaite yogam, proktawan aham awyayam, wiwaswan manawe praha, manur ikswakawe’ brawit. Ewam paramparapraptam, imam rajarsayo widuh, sa kalena ‘ha mahata, yogo nastah parantapa. Sa ewa ‘yam maya te’dya, yogah proktah puratanah, bhakto ‘si me sakha cati, rahasyam hy etad uttamam (BG.1-3)

Artinya;

Sri Bhagawan bersabda :

Ajaran abadi ini (weda) Aku turunkan kepada WIWASWAN, wiwaswan mengajarkan kepada MANU dan Manu menerangkan kepada IKSWAKU. Demikian diteruskan turun temurun, para Raja resi mengetahuinya, ajaran ini lenyap di dunia bersamaan dengan berlalunya masa yang amat panjang. Yoga yang tua itu pulalah (weda) yang kuajarkan kepadamu sekarang sebab engkau adalah pengikut dan kawan-Ku, sesungguhnya ini sangat rahasia.
MANU (yang menerima ajaran kitab Weda pertama kali) adalah leluhur umat manusia sehingga seluruh keturunannya disebut MANUSIA. Kitab Weda yang diajarkan kepada beliau-beliau inilah yang kembali diajarkan kepada Umat manusia saat ini.

Seperti dikatakan sendiri oleh beliau dalam sloka berikut :
Bhagawad Gita. XV.15

"Weda ntakrid wedawid ewa ca ‘ham/ Akulah pencipta weda dan Aku yang mengetahui isi weda. Kitab Weda disebut juga  sastrawiddhi atau sastra brahman karena berasal dari Hyang Widdhi/Brahman/Tuhan YME.

Artinya :

Mereka yang mencela dan menyimpangkan kitab Weda, dan tidak mengikuti ajaran Weda adalah orang-orang bodoh  yang tidak tahu jalan kebenaran dan kehilangan kesempatan untuk mengetahui kebenaran abadi (BG.III.32)
Sedangkan mereka yang selalu mengikuti ajaran Weda dan selalu melaksanakan perintah-perintah kitab Weda dengan penuh keyakinan dan bebas dari kepentingan duniawi akan dibebaskan dari perputaran karma (dibebaskan dari Hukum Karma dan Reinkarnasi) seperti sabda Sri Krisna dalam sloka berikut :
Bhagawad Gita.III.31 :

Ye me matam idam nityam anustisthanti manawah, sraddhawanto ‘nasuyanto mucyante te’pi karmabhih.

Artinya :

Mereka yang selalu mengikuti ajaran-Ku dengan penuh keyakinan dan bebas dari keterikatan duniawi, mereka juga akan dibebaskan dari belengu karma. (bebas dari kelahiran kembali/Reinkarnasi).

Bhagawad Gita.IX.22

Ananyas cintayanto mam, ye janah paryupasate, tesam nityabhiyuktanam, yogaksemam wahamy aham.

Artinya :

Mereka yang selalu menuja-Ku, merenungkan Aku selalu, kepada mereka Ku bawakan segala apa yang mereka tidak punya dan akan Ku lindungi segala apa yang mereka telah miliki.
Setelah Sodara baca tentang Pemahaman di atas, Sejatinya kita semestinya bisa bertahan dalam mengendalikan diri baik Perempuan maupun Laki-laki karena dengan Berpindah agama akan menyebabkan dan mengakibatkan sesuai dgn KARMA kita di dunia ini.


Om Santih, Santih, Santih Om

Sumber : http://kebangkitan-hindu.blogspot.co.id/ & http://dharmagupta.blogspot.co.id/

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kelahiran Dewi Satyawati Dan Maharesi Wyasa (Serta Kisah Satyawati Sang Pemantik Perang Bharatayudha)

Kisah Radha Dan Krisna

Mengenal Sosok Kamsa/Kangsa/Kans Musuh Pertama Sri Krisna