Mengenal Makna Penggunaan Tilak Dan Bindi (Sering Dilakukan di India)

Ketika kita menonton kisah Mahadewa, Ramayana dan Mahabharata di Televisi. Para Pemeran Menggunakan Tanda di dahinya. Tahukan apa maksudnya? Tanda itu disebut Tilak.

Apa itu Tilak?


Tilak merupakan simbul pikiran kesucian. Itu diyakini sebagai tanda religius. Bentuk dan warna bervariasi sesuai dengan golongan seseorang, sekte agama atau Manifestasi Tuhan yang disembah. Tanda suci yang dikenakan didahi pria dan wanita menggunakan abu, tanah liat, kumkum (bubuk kunyit merah) atau bubuk cendana. Ini adalah tradisi Hindu.

Pada jaman dulu, Brahmana menggunakan tanda putih sebagai simbol kemurnian. Ksatria menggunakan kumkum berwarna merah. Waishya mengenakan kuning atau kunyit. Sudra menggunakan bhasma warna hitam, kasturi atau arang. Para penganut Waisnawa (Pemuja Wisnu) menggunakan tilak berbentuk "U," Pemuja Shiva penyembah sebuah tripundra dari bhasma , Pemuja Devi berupa titik merah terbuat dari kumkum.


Saivisme biasanya menggunakan abu (disebut Vibhuti) dan membentuk tilak berupa tiga garis horizontal (tripundra). Vibhuti digunakan oleh Saivisme yang berarti kemuliaan dan juga disebut bhasma (yang mana dosa-dosa kita dihanpuskan dan diampuni oleh Tuhan). Hal ini juga dikenal sebagai "Thiru Neeru" di Tamil. Tanda Suci memiliki banyak makna spiritual. Vibhuti dinamakan demikian karena itu memberikan anugerah kemakmuran. Abu adalah zat yang dihasilkan dari sesuatu yang dibakar. Hal itu memiliki makna sebagai keadaan akhir. Hal ini juga dikenal sebagai bhasma karena membakar segala dosa. Abu adalah realitas dan tidak dapat diubah lagi. Dengan menerapkan ini sebagai simbol Keilahian, kita mempersiapkan diri untuk memberikan semua keinginan, membakar semua dosa dan godaan dan membuat diri kita menjadi murni, suci dan sakral menuju pembebasan. Salah satu Pemuja Siva dalam Mahabharata adalah Rshi Drona.


Vaishnawa (pemuja Wisnu) menggunakan tanah liat (yang diambil dari sungai suci) atau pasta cendana. Mereka menggunakan materi dalam bentuk dua garis vertikal, yang disatukan di bagian bawah, membentuk " U " bentuk sederhana atau bentuknya seperti daun Tulasi. Tilak itu disebut urdhva-pundra. Hal ini juga disebut "thirumann" (mann adalah kata tamil untuk tanah liat) .Ini dikenal juga sebagai Srichurnam dan memakai tanda ini sebagai bagian penting dari ritual sehari-hari. Tilak diterapkan pada dua belas bagian tubuh, simbol dua belas nama Tuhan. Weda mengatakan, dengan memakai tanda ini, ia menjadi beruntung, akan dilepaskan dari semua belenggu duniawi dan mencapai pembebasan.

Di Sri Waisnawa sampradaya, tilak terbuat dari lumpur putih yang berasal dari sarang semut. Menurut Kitab suci memberitahu kita bahwa lumpur dari dasar tanaman Tulasi dan lumpur putih dari dalam sarang semut adalah murni dan terbaik untuk membuat tilak. Sri Waisnawa akan menggambar dua garis yang mewakili kaki Sri Narayana, dan di tengah-tengah mereka akan menempatkan garis merah untuk mewakili Dewi Lakshmi. Menggunakan Tilak ini merupakan simbol penyerahan diri kepada Sri Narayana dan Dewi Laksmi. Menggunakan lumpur juga membuat kita merenungkan bahwa kita berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.

Tilak juga diyakini memiliki fungsi sebagai obat dan protektif. Pasta biasanya dipakai untuk memberikan efek pendinginan untuk tubuh. Tilak juga diyakini melimpahkan kenyamanan spiritual dan perlindungan terhadap setan, nasib buruk, dan lainnya. Kekuatan Tilak akan menghilangkan sifat jahat yang berada diantara alis, Dahi merupakan tempat dari memori dan berpikir. Hal ini dikenal sebagai Aajna Chakra dalam Yoga dan di dahi antara dua alis akan memancarkan energi spiritual.

Secara tradisional Bindi warna merah. 'Bindi 'berasal dari bahasa Sansekerta kata' bindu 'atau titik, dan menunjukkan mata ketiga dari seseorang. Tanda itu ditempatkan di dahi antara kedua alis - tempat dianggap sebagai titik saraf utama dalam tubuh manusia sejak zaman kuno. Bindi ini dipercaya dapat mencegah hilangnya "energi", serta membawa perlindungan spiritual terhadap setan atau pikiran buruk. 'kumkum' warna merah antara alis dikatakan untuk mempertahankan energi dalam tubuh manusia dan mengendalikan berbagai tingkat konsentrasi. Itu juga merupakan titik pusat dari dasar penciptaan itu sendiri - melambangkan keberuntungan dan nasib baik.

Kumkum yang dipakai seorang wanita juga melambangkan bahwa mereka sudah menikah. Dalam Tradisi Kuno dalam masyarakat Aryan, pengantin pria menggunakan darahnya sebagai tanda didahi pengantin sebagai pengakuan nikah. Budaya ini sampai saat ini masih digunakan di India.

Sumber referensi :

  • Tulisan dikutip dari https://web.facebook.com/notes/mahabharata-mahabharat-antv/makna-tilak-dan-bindi/1523244964577866
  • http://www.ganeshabrahmachariashram.sch.id/2014/09/makna-tilak-bindi-di-dahi.html
  • http://vaarsoeschool.weebly.com/273327502736272427522735-27442690274427652709275527242751273427502690-2694274127532690-270927592734-why-so-in-indian-culture.html

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kelahiran Dewi Satyawati Dan Maharesi Wyasa (Serta Kisah Satyawati Sang Pemantik Perang Bharatayudha)

Kisah Radha Dan Krisna

Mengenal Sosok Kamsa/Kangsa/Kans Musuh Pertama Sri Krisna