Sudama dan Krishna (Kisah persahabatan yang terbebas dari keterikatan material)

Om Swastiastu,

Sudama adalah sahabat Krishna. Mereka bertemu ketika sama-sama mengenyam pendidikan di gurukul. Sudama merupakan putra satu-satunya dari pasangan brahmana miskin bernama Matuka dan Rocana. Ketika bersama2 menempuh pendidikan di gurukul, Krishna yang berasal dari keluarga kerajaan tidak mempedulikan asal usul Sudama dan mereka tetap saling menjaga dan saling berbagi satu dengan lainnya.


Suatu ketika, saat makan siang, Krisna membawa banyak mentega dan roti pemberian ibunya yang dibawa khusus dari istana, sedangkan Sudama hanya memakan buah2an dan yang ia temukan di hutan. Krishna membagi roti dan mentega miliknya dan tidak segan2 menyuapi Sudama dengan tangannya sendiri.

Ketika mereka sedang mencari kayu bakar di hutan, mereka tersesat dan hari semakin gelap, badai pun akan segera datang. Krishna dan Sudama memutuskan untuk beristirahat di atas pohon dan melanjutkan perjalanan esok pagi. Mereka berjaga secara bergantian, ketika hari semakin gelap, mereka pun menjadi lapar.


Sudama dengan lahap menyantap makanan miliknya dan berkata "Temanku Krishna, kenapa kau tidak makan? jika kau lapar bagaimana kau bisa berjaga nanti malam?, makanlah bekal milikku ini." lalu mereka pun makan bersama. Ketika mereka selesai makan Sudama berkata "Temanku,sekarang tidurlah, aku akan berjaga di sini." dan Krishna yang sebenarnya tidak pernah merasa lapar ataupun lelah mengikuti saran sahabatnya. Badai semakin kencang dan Sudama dengan susah payah bertahan di atas pohon, ia melihat Krishna yang tubuhnya hampir terjatuh krn kencangnya angin, Sudama dengan sekuat tenaga mengikat tubuh Krishna dengan selendang miliknya agar tubuh sahabatnya itu tidak terjatuh. Hujan pun mengguyur, dengan tidak adanya selendang, tubuh Sudama basah kuyup dan perutnya pun mulai lapar.

Ia melihat roti yang ada di kantung celana Krishna, dengan terpaksa ia mengambilnya dan memakannya karena lapar. Pagi pun menjelang dan badai telah berlalu. Sudama terbangun dan ia terkejut krn ia sudah tidak lagi di atas pohon, mereka telah kembali ke gurukul, ia pun tidak merasa kedinginan, lelah, ataupun basah. Ia bertanya kepada Krishna. "Sahabatku? bagaimana kita bisa sampai di sini?" lalu Krishna menjawab "Sahabahtku Sudama, aku sendiri yang menggendongmu turun dr atas pohon dan membawamu kembali ke gurukul." "mengapa engkau melakukan itu? kenapa kau tidak membangunkan ku saja?" "Oh Sudama, engkau telah berkorban untukku. Engkau mengorbankan selendangmu untuk mengikat tubuhku agar tidak jatuh, engkau mengorbankan badanmu demi diriku." "Tapi aku telah mencuri roti milikmu." "Roti itu bukanlah milikku seorang, apapun yang ada pada diriku juga merupakan milikmu. Aku begitu senang melihatmu dapat tertidur, sehingga aku menggendongmu dan membawamu ke gurukul."

Setelah masa-masa gurukul berakhir, Krishna dan Sudama pun terpisah. Krishna tinggal di istana yang megah di Dwaraka, sedangkan Sudama tinggal di pinggiran kota dengan gubuk jerami miliknya. Kehidupan Sudama sebagai seorang brahmin amat sulit. Ia mengajarkan agama,dan moral kepada masyarakat secara sukarela selama bertahun2.

Masyarakat perkotaan tidak banyak yang tertarik dengan keagamaan, hal ini membuat Sudama dan keluarganya semakin miskin. Sering kali ia dan istrinya mengumpulkan sisa-sisa gandum dan beras dari pinggiran kota seringkali krn jumlahnya tidak cukup, ia dan istrinya harus berpuasa demi memberi makan anak-anak mereka. Suatu ketika, istrinya meminta ia untuk berbicara dengan Krishna dan memohon jalan keluar. Sudama mengikuti saran istrinya dan meminjam bubur beras dari tetangganya untuk di bawanya menemui Krishna.


Ketika ia sampai di Dwaraka, Sudama sangat terkejut melihat kemewahan kota tersebut. Semua tembok dihiasi oleh emas, masyarakat yang tinggal di sana sangat makmur dan bahagia. Di jalan-jalan tercium aroma makanan-makanan yang lezat, bunga-bunga yang harum, dan kain-kain yang indah. Ketika ia tiba di pintu gerbang istana, sang penjaga memintanya untuk menunggu. Sekilas ia melihat kemewahan istana, para pelayan mengenakan pakaian yang sangat indah, ketika ia melihat pakaian yang ia kenakan, ia merasa malu, hanya pakian berlubang dan lusuh yang dapat ia kenakan, hanya itu yang ia miliki.

Ketika sang penjaga menyampaikan kepada Krishna bahwa seorang brahmana miskin yang mengaku sahabat Krishna sedang menunggu di gerbang istana, ia terkejut dan seketika terbangun dari kursinya. Krishna berlari tanpa alas kaki menjemput sahabatnya yang sedang kepanasan menunggu di gerbang istana. Dengan sangat bahagia Krishna memeluk erat sahabatnya dan membawanya masuk.


Di dalam istana Krishna menempatkan Sudama di kursinya sendiri dan mencuci kaki sahabatnya dengan tangannya. Setelah itu mereka makan bersama dan Krishna serta istri-istrinya yang melayani Sudama. "Sahabatku Sudama, ingatkah engkau ketika aku menyuapimu?" dan Krishna pun menyuapi Sudama dengan tangannya. Melihat makanan2 mewah, Sudama menyembunyikan bubur beras miliknya yang tadinya ingin ia berikan sebagai hadiah kepada Krishna.

Namun Krishna telah merebut dari tangannya dan memakannya bersama-sama dengan para istrinya. "Sudama, mengapa engkau menyembunyikan makanan lezat dari diriku? bubur beras ini adalah makanan paling enak yang pernah aku makan.". Setelah itu mereka berjalan2 di sekitar istana dan membicarakan kenangan2 selama di gurukul. Krishna meminta Sudama untuk tinggal selama beberapa hari dan memberikan tempat tidur miliknya untuk ditempati oleh Sudama.

Selama di sana Sudama meras bingung untuk mengutarakan masalahnya. Beberapa kali ia mencoba untuk mengatakannya namun ia menariknya kembali. Ketika saat nya ia pulang, Krishna kembali memeluk erat sahabatnya dan membekalkan banyak makanan kepadanya. Ketika Sudama kembali, ia sangat terkejut karena gubuk miliknya telah hilang dan berganti dengan istana yang megah. Istri dan anak-anaknya mengenakan pakaian yang mewah dan indah. Ia juga memiliki 200 ekor sapi sekarang. "Suamiku, syukurlah engkau sudah pulang. Lihat apa yang diberikan Krishna untuk kita.

Pesanmu kepadanya pasti telah tersampaikan dengan baik sehingga ia mengetahui apa yang kita butuhkan." Padahal selama di Dwaraka, Sudama sama sekali tidak menceritakan sedikitpun kemiskinan yang ia hadapi dan berbagai permasalahan tentang dirinya.

Namun Krishna adalah Krishna, tanpa mengutarakan sedikitpun ia mengetahui segalanya, dan kasih sayang serta persahabatan yang telah diberikan Sudama kepadanya dibalas oleh Krishna dengan memberikan apa yang Sudama butuhkan.

Moral Cerita :


Persahabatan antara Sudama dan Krishna mengajarkan kita bagaimana seharusnya bersikap antara sesama sahabat. Silsilah keluarga, pendapatan ekonomi, kemampuan, pengalaman, maupun fisik seharusnya tidak menghalangi hubungan saling mengasihi antara sahabat. Pengorbanan yang diberikan Sudama kepada Krishna begitu tulus sehingga Krishna pun tidak lupa untuk membalasnya. Pelayanan penuh kasih yang dilakukan Krishna, membuat Sudama tidak ingin membebani Krishna dengan masalahnya.

Walaupun ia tahu Krishna akan memberikan apapun yang ia minta dan itupun masih tidak mengurangi kekayaan yang ia miliki. Dengan setiap butir bubur beras yang Krishna makan pemberian seadanya dari Sudama, Krishna mengembalikannya berkali-kali lipat sesuai dengan yang dibutuhkan.

Persahabatan Sudama Krishna sangat berbeda dengan Drona dan Drupada. Drupada yang angkuh tidak mau mengakui sahabatnya yang miskin. Janji2 Drupada yang ia ucapkan kepada Drona semata2 untuk membeli perhatian Drona dimana ia adalah anak dari guru yang mengajarkan Drupada. Drona juga buta oleh janji2 Drupada sehingga membuatnya terbakar oleh kemarahan ketika janji2 itu tidak ditepati.

Persahabatan seharusnya terbebas dari janji dan materi. Persahabatan yang abadi adalah persahabatan yang didasari kasih sayang, pengorbanan, pengabdian,dan ketulusan hati. Berikanlah apapun kepada sahabatmu dan jangan mengharapkan balasan darinya, karena persahabatan yang abadi terbebas dari ikatan material.

Sumber : Srimad Bhagavatam jilid 3 bab 81.

Om Santih, Santih, Santih Om

Comments

Popular posts from this blog

Kisah Kelahiran Dewi Satyawati Dan Maharesi Wyasa (Serta Kisah Satyawati Sang Pemantik Perang Bharatayudha)

Kisah Radha Dan Krisna

Sejarah Panjang Perjalanan Dang Hyang Nirartha Dari Pulau Jawa Sampai Kebali